Benar-benar pagi yang cerah. Semburat mentari yang belum tinggi beranjak. Seakan bermalas-malasan. Memperlambat waktu, memamerkan keindahannya, untuk selama mungkin terlihat. Angin pagi yang dingin menyegarkan siapa saja yang merasa gerah. Dari hal itu saja, sangat memudahkanku untuk mengucap syukur kepada Tuhan.
Sinar
mentari mulai terlihat di antara lengkungan cabang dan ranting, mengirimkan bayangan
dedaunan di wajahku. Seakan bercanda mengajakku tersenyum. Tapi, pagi ini seakan
berbeda. Perasaan ini tidak mudah aku hilangkan. Ada kegalauan, takut, tapi
juga harapan yang membumbung tinggi. Ya, hari ini adalah jawabannya. Jawaban
dari semua harapan berbalur kecemasan. Hal itulah yang membuatku tidak bisa
tidur nyenyak semalaman. Tapi aku sadar kok, bahwa tidak baik cemas
berkepanjangan tentang masa depan, sampai-sampai mengabaikan masa sekarang, sehingga
aku tidak benar-benar hidup di masa depan atau masa sekarang. Jadi, lebih baik
bagiku untuk fokus pada masa sekarang. Ya, sekarang waktunya menunaikan tugas
dan kewajibanku, mengajar.
“Jrenggg..!!”,
aku nyalakan sepeda. Sepeda kesayangan yang setia menemaniku 20 tahun mengajar
selama ini. Berangkat ke sekolah menunaikan tugas mulia, mengajar dan mendidik
anak bangsa.
Oh
ya, aku adalah Arno, guru SMK. Informatika adalah mata pelajaran yang aku ampu.
Guru honorer yang sudah 20 tahunan mengajar. Sebagai guru, aku selalu berusaha
sekuat tenaga dan hatiku untuk menjalankan tugas dan kewajiban. Mulai dari
membuat analisis capaian pembelajaran, membuat Alur Tujuan Pembelajaran, Modul
Ajar, membuat media pembelajaran dan mematangkan skenario dalam pembelajaran.
Ya, itu adalah istilah-istilah yang sekarang lagi viral di antara
teman-teman guruku. Alasannya sederhana, karena sekolahku adalah salah satu
sekolah penggerak. Pendidikan paradigma baru menjadi ‘nyawa’ dalam trend
pembelajaran sekarang ini.
***
Waktu
menunjukkan pukul 07.50 WIB. Segera kunyalakan laptopku. Ku coba duduk dengan
tenang, mengesampingkan suara hati yang menolaknya. Sembari menunggu loading,
seperti biasa kusiapkan buku catatan pribadi dan ballpoin. Keduanya
kuletakkan dengan rapi di meja, tepatnya di samping kanan laptop. Agar mudah aku
menjangkau dan menggunakannya untuk menulis catatan atau mungkin
pertanyaan-pertanyaan dari siswa.
“Ting-tung
…, ting-tung, …”, suara dari speaker laptop. Menandakan para siswa
sudah mulai masuk ke meeting online (gmeet). Satu per satu ku admit
semua, dipastikan tidak ada yang luput. Harapannya adalah sebanyak mungkin
siswa bisa mengikuti sesi sinkronous hari ini. Tantangan guru di masa
pandemi ini adalah bagaimana bisa mengajak sebanyak mungkin siswa, bahkan semua
siswa untuk mengikuti pembelajaran. Alasannya, kenyataannya masih ada saja
siswa yang tidak mengikuti sesi pembelajaran sinkronous.
Tibalah
waktu mulai pembelajaran, pukul 08.00 WIB. Seperti biasanya, aku mulai dengan
menyapa siswa, menanyakan kabar mereka dan mengabsennya. Mengajak mereka
berdialog, berusaha membuat nyaman hati mereka terlebih dahulu sebelum masuk ke
materi pelajaran. Inilah yang selalu aku lakukan di awal pembelajaran. Berusaha
untuk merangkul mereka dengan hati, sebisa mungkin membuat hati mereka nyaman
dulu.
Skenario
yang aku gunakan adalah dengan menerapkan MERRDEKA mengajar. Ku awali kegiatan
pembelajaran online dengan kegiatan Mulai Dari Diri. Apa itu?, adalah
kegiatan untuk menggali pemahaman awal siswa terkait dengan materi yang akan
dipelajari. Aku berikan mereka pertanyaan-pertanyaan sederhana, yang mudah
untuk dijawab siswa. Setidaknya itulah yang aku pahami setelah mengikuti
workshop selama 10 hari tentang penerapan pembelajaran paradigma baru yang
telah kulalui 1 bulan sebelum ini.
Kebetulan
hari ini adalah materi Sistem Komputer. Materi tentang bagaimana perangkat
keras dan perangkat lunak berfungsi dan saling mendukung dalam mewujudkan suatu
layanan bagi pengguna baik di luar maupun di dalam jaringan komputer/internet. Ya,
di kegiatan Mulai Dari Diri ini aku sudah menyiapkan beberapa pertanyaan,
seperti “Apakah kalian memiliki laptop atau komputer di rumah?”. Di
sambung pertanyaan berikutnya seperti, “Apakah yang kalian tahu tentang
bagian-bagian dari perangkat komputer tersebut?”. Setidaknya itulah yang
aku lakukan di 10 menit awal pembelajaran. Hal ini aku lakukan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman awal siswa terkait materi yang akan dipelajari.
Harapannya adalah penyampaian materi akan sesuai dengan level pemahaman atau
kompetensi siswa. Dan seterusnya, dan seterusnya. Disambung dengan kegiatan diskusi,
penyampaian hasil diskusi hingga penutup pembelajaran. Aku sampaikan review
hasil diskusi dan penyampaian agenda materi berikutnya. Tidak lupa mengingatkan
anak-anak untuk melanjutkan kegiatan pembelajarannya secara asinkronous.
Pembelajaran
asinkronous adalah pembelajaran mandiri oleh siswa menggunakan media LMS
sekolah. Sudah ku pastikan bahwa semua materi dan agenda kegiatan asinkronous
sudah siap di LMS. Seperti Eksplorasi Konsep, tempat di mana guru menyampaikan
bahan atau materi pelajaran kepada siswa. Ku pastikan juga, di dalam eksplorasi
konsep itu sudah siap materi yang lengkap dan diperindah dengan tampilan visual
yang menarik bagi siswa. Seperti audio, video dan teks. Selain itu, telah siap
juga Ruang Kolaborasi di LMS, tempat bagi guru dan siswa berdiskusi secara
asinkronous di LMS. Ada juga Demonstarsi Kontekstual, tempat siswa menunjukkan
sebuah karya yang menggambarkan sejauh mana pemahaman dan keterampilan dari
materi yang dipelajari. Dari semua itu, bisa dijadikan persiapan oleh siswa
untuk mengerjakan kegiatan Refleksi Terbimbing. Kegiatan itu dilakukan untuk assessment
siswa, mengukur hasil belajar siswa, yang dahulu sering disebut ulangan.
Tanpa
terasa waktu menunjukkan pukul 09.10 WIB. Melampaui jadwal yang seharusnya
selesai pukul 09.00 WIB. Dan, selesai juga agenda penting hari ini. Tugas
mengajar dan mendidik anak bangsa.
Di
momen berikutnya aku gunakan waktu untuk sejenak mengevaluasi pembelajaran hari
ini. Masih banyak anak-anak yang tidak aktif dalam pembelajaran. Enggan untuk
sekedar membuka kamera mereka. Bahkan baru buka suara ketika ditunjuk oleh
gurunya. Aku mulai memikirkan strategi lain dalam pembelajaran berikutnya.
***
Ku
buka web browser dengan tanganku yang sedikit bergetar, selaras dengan
gemuruh suara hati. Mulai ku ketik alamat web tersebut. Klik dengan sangat
hati-hati link pengumuman itu. Dan terbukalah, cek satu per satu dengan teliti.
Hasilnya adalah “Belum Diterima”. Seakan tidak percaya, ku coba teliti sekali
lagi baris demi baris. Hingga aku pastikan bahwa memang demikian adanya. Sedih,
kecewa. Itulah gambaran perasaanku. Tidak diterima dalam penerimaan P3K
(Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Harapan untuk bisa sekedar
menaikkan taraf hidup itu pun sirna. Seperti terbangun dari mimpi indah dan
menyadari bahwa kenyataan tidak seperti yang diimpikan. Aku pulang ditemani
dengan hatiku yang sedih dan kecewa.
***
Kupandangi
ikan-ikan itu. Merekalah target tatapan mataku ketika aku ingin menenangkan
hati. Rasanya lucu aja, menggemaskan melihat polah tingkah mereka. Terkadang
aku iri dengan mereka. Sudah dikurung, di ruang yang terbatas pula. Tapi mereka
tampak bahagia, cuek, bahkan terhadap keadaan dirinya sendiri. Mungkin aku
butuh belajar dari mereka agar bisa bahagia seperti mereka.
***
Setelah
berganti hari …
Saatnya
mengajar lagi. Hari ini aku mengajar lagi untuk materi yang sama tapi di kelas
dan jurusan yang lain. Berdasarkan evaluasi pada pembelajaran sebelumnya. Aku
mencoba menerapkan cara lain untuk meningkatkan kekurangan pada pembelajaran
sebelumnya, yaitu kurangnya keaktifan siswa baik dalam komunikasi, bertanya
bahkan keaktifan dalam berdiskusi. Apa yang aku lakukan?. Slido dan mentimeter.
Itulah dua aplikasi yang coba aku gunakan selama pembelajaran sinkronous
menggunakan gmeet. Dengan aplikasi itu, aku bisa memberikan pertanyaan atau polling
untuk mengecek pemahaman siswa. Fitur jawaban yang saya suka adalah dengan
fitur jawaban siswa seperti chat online yang bisa dibaca semua siswa.
Alhamdulillah, dengan bantuan dua aplikasi itu, banyak siswa mulai aktif.
Walaupun melalui tulisan (chat online). Setidaknya itu berhasil meningkatkan
keaktifan siswa yang sebelumnya malu untuk bersuara atau berbicara dan siswa senang
dengan metode ini.
***
Sampai
di rumah …
Kupandangi
ikan-ikan itu. Manusia sudah banyak belajar tentang ikan bahkan burung, tetapi
mereka lupa untuk belajar hidup di bumi sebagai manusia. Bagaimana dengan sedih
dan kecewaku, perasaan menjadi orang yang gagal ?. Yah, alhamdulillah. Sehari
pasca pengumuman itu, aku sudah mulai tenang dan tidak terlalu kecewa dan sedih
lagi. Kalau dituruti perasaan itu, bisa jadi aku tidak semangat lagi untuk
mengajar. Sudah 20 tahunan mengajar, bayangkan. Tidak adakah arti angka itu
untuk sekedar meloloskanku diterima menjadi P3K?. bahkan aku kalah dengan
teman-teman lain yang bahkan bukan guru yang justru malah diterima. Jika aku
turuti perasaan itu, tentu semangat untuk mengabdikan diri pada nusa dan bangsa
akan luntur. Di sinilah aku menyadari bahwa akan ada satu titik ketika orang
yang mungkin memiliki kompetensi justru hidupnya tidak “berhasil” atau tidak
menjadi kaya, tetapi ada orang yang tidak memiliki kompetensi malah bisa
berhasil atau ‘sukses’. Aku mulai menyadari bahwa sesukses apapun orang di
dunia mereka, dunia tetaplah dunia. Apa hikmahnya?. Biar kita tahu bahwa, effort
atau usaha manusia bukan segala-galanya. Benar kita sudah berjuang, tetapi ada
di atas semua itu, yaitu ketentuan Tuhan.
Dan,
di situlah kita kembali kepada spirit atau filosofi “kehambaan”. Akan ada satu
titik bahwa kita ini hanyalah hamba. Mau sekuat apapun, mau sepintar apapun,
pada akhirnya kita hanyalah seorang hamba Allah. Yang salah satu konsekuensinya
harus menerima taqdirNya, dan di situlah kesuksesan, di situlah keberhasilan.
Kalau kita yakini bahwa, semua perjuangan, keringat, air mata, usaha, totalitas
kita, kerja keras kita, itu semua tidak sia-sia dan semua itu kita lakukan
dalam rangka mengamalkan perintahNya, dan juga semua itu kita yakini sebagai
suatu pahala, keberkahan, khususnya di akhirat, maka kita adalah orang sukses.
Jadi,
tidak perlu lagi kita kecewa dan sedih. Salah satu alasan orang bersedih adalah
karena mengurus yang bukan urusannya. Urusan kita adalah berusaha sekuat tenaga
kita, sedangkan hasil, serahkan kepada yang Di Atas. Seperti ikan-ikan itu,
mereka fokus dengan tugas mereka dan mereka bahagia.
***
0 Comments:
Posting Komentar