Facebook

Kupandangi Ikan-ikan Itu

Benar-benar pagi yang cerah. Semburat mentari yang belum tinggi beranjak. Seakan bermalas-malasan. Memperlambat waktu, memamerkan keindahannya, untuk selama mungkin terlihat. Angin pagi yang dingin menyegarkan siapa saja yang merasa gerah. Dari hal itu saja, sangat memudahkanku untuk mengucap syukur kepada Tuhan.

Sinar mentari mulai terlihat di antara lengkungan cabang dan ranting, mengirimkan bayangan dedaunan di wajahku. Seakan bercanda mengajakku tersenyum. Tapi, pagi ini seakan berbeda. Perasaan ini tidak mudah aku hilangkan. Ada kegalauan, takut, tapi juga harapan yang membumbung tinggi. Ya, hari ini adalah jawabannya. Jawaban dari semua harapan berbalur kecemasan. Hal itulah yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Tapi aku sadar kok, bahwa tidak baik cemas berkepanjangan tentang masa depan, sampai-sampai mengabaikan masa sekarang, sehingga aku tidak benar-benar hidup di masa depan atau masa sekarang. Jadi, lebih baik bagiku untuk fokus pada masa sekarang. Ya, sekarang waktunya menunaikan tugas dan kewajibanku, mengajar.

Seperti biasanya, sebelum berangkat aku teliti semua perangkat mengajar yang mesti ku bawa. Tas punggung yang biasa menemaniku. Satu persatu kupastikan lengkap semua isinya. Alat tulis, bahkan bekal makan siangpun sudah aku siapkan dan masuk ke dalam tas. Finishing-nya adalah memakai sepatu. Tidak lupa dengan lebih dulu lap sepatu agar terjaga kebersihannya dan tetap mengkilat. Sebelum berangkat, sekilas ku pandangi ikan-ikan di aquarium kecil pojok ruang tamu itu. Seolah-olah pamit untuk berangkat. Seperti biasanya juga, mereka cuek dan melakukan apa yang biasa mereka lakukan. Mungkin karena mereka terlalu fokus dengan tugas mereka sendiri.

“Jrenggg..!!”, aku nyalakan sepeda. Sepeda kesayangan yang setia menemaniku 20 tahun mengajar selama ini. Berangkat ke sekolah menunaikan tugas mulia, mengajar dan mendidik anak bangsa.

Oh ya, aku adalah Arno, guru SMK. Informatika adalah mata pelajaran yang aku ampu. Guru honorer yang sudah 20 tahunan mengajar. Sebagai guru, aku selalu berusaha sekuat tenaga dan hatiku untuk menjalankan tugas dan kewajiban. Mulai dari membuat analisis capaian pembelajaran, membuat Alur Tujuan Pembelajaran, Modul Ajar, membuat media pembelajaran dan mematangkan skenario dalam pembelajaran. Ya, itu adalah istilah-istilah yang sekarang lagi viral di antara teman-teman guruku. Alasannya sederhana, karena sekolahku adalah salah satu sekolah penggerak. Pendidikan paradigma baru menjadi ‘nyawa’ dalam trend pembelajaran sekarang ini.

***

Waktu menunjukkan pukul 07.50 WIB. Segera kunyalakan laptopku. Ku coba duduk dengan tenang, mengesampingkan suara hati yang menolaknya. Sembari menunggu loading, seperti biasa kusiapkan buku catatan pribadi dan ballpoin. Keduanya kuletakkan dengan rapi di meja, tepatnya di samping kanan laptop. Agar mudah aku menjangkau dan menggunakannya untuk menulis catatan atau mungkin pertanyaan-pertanyaan dari siswa.

Ting-tung …, ting-tung, …”, suara dari speaker laptop. Menandakan para siswa sudah mulai masuk ke meeting online (gmeet). Satu per satu ku admit semua, dipastikan tidak ada yang luput. Harapannya adalah sebanyak mungkin siswa bisa mengikuti sesi sinkronous hari ini. Tantangan guru di masa pandemi ini adalah bagaimana bisa mengajak sebanyak mungkin siswa, bahkan semua siswa untuk mengikuti pembelajaran. Alasannya, kenyataannya masih ada saja siswa yang tidak mengikuti sesi pembelajaran sinkronous.

Tibalah waktu mulai pembelajaran, pukul 08.00 WIB. Seperti biasanya, aku mulai dengan menyapa siswa, menanyakan kabar mereka dan mengabsennya. Mengajak mereka berdialog, berusaha membuat nyaman hati mereka terlebih dahulu sebelum masuk ke materi pelajaran. Inilah yang selalu aku lakukan di awal pembelajaran. Berusaha untuk merangkul mereka dengan hati, sebisa mungkin membuat hati mereka nyaman dulu.

Skenario yang aku gunakan adalah dengan menerapkan MERRDEKA mengajar. Ku awali kegiatan pembelajaran online dengan kegiatan Mulai Dari Diri. Apa itu?, adalah kegiatan untuk menggali pemahaman awal siswa terkait dengan materi yang akan dipelajari. Aku berikan mereka pertanyaan-pertanyaan sederhana, yang mudah untuk dijawab siswa. Setidaknya itulah yang aku pahami setelah mengikuti workshop selama 10 hari tentang penerapan pembelajaran paradigma baru yang telah kulalui 1 bulan sebelum ini.

Kebetulan hari ini adalah materi Sistem Komputer. Materi tentang bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak berfungsi dan saling mendukung dalam mewujudkan suatu layanan bagi pengguna baik di luar maupun di dalam jaringan komputer/internet. Ya, di kegiatan Mulai Dari Diri ini aku sudah menyiapkan beberapa pertanyaan, seperti “Apakah kalian memiliki laptop atau komputer di rumah?”. Di sambung pertanyaan berikutnya seperti, “Apakah yang kalian tahu tentang bagian-bagian dari perangkat komputer tersebut?”. Setidaknya itulah yang aku lakukan di 10 menit awal pembelajaran. Hal ini aku lakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa terkait materi yang akan dipelajari. Harapannya adalah penyampaian materi akan sesuai dengan level pemahaman atau kompetensi siswa. Dan seterusnya, dan seterusnya. Disambung dengan kegiatan diskusi, penyampaian hasil diskusi hingga penutup pembelajaran. Aku sampaikan review hasil diskusi dan penyampaian agenda materi berikutnya. Tidak lupa mengingatkan anak-anak untuk melanjutkan kegiatan pembelajarannya secara asinkronous.

Pembelajaran asinkronous adalah pembelajaran mandiri oleh siswa menggunakan media LMS sekolah. Sudah ku pastikan bahwa semua materi dan agenda kegiatan asinkronous sudah siap di LMS. Seperti Eksplorasi Konsep, tempat di mana guru menyampaikan bahan atau materi pelajaran kepada siswa. Ku pastikan juga, di dalam eksplorasi konsep itu sudah siap materi yang lengkap dan diperindah dengan tampilan visual yang menarik bagi siswa. Seperti audio, video dan teks. Selain itu, telah siap juga Ruang Kolaborasi di LMS, tempat bagi guru dan siswa berdiskusi secara asinkronous di LMS. Ada juga Demonstarsi Kontekstual, tempat siswa menunjukkan sebuah karya yang menggambarkan sejauh mana pemahaman dan keterampilan dari materi yang dipelajari. Dari semua itu, bisa dijadikan persiapan oleh siswa untuk mengerjakan kegiatan Refleksi Terbimbing. Kegiatan itu dilakukan untuk assessment siswa, mengukur hasil belajar siswa, yang dahulu sering disebut ulangan.

Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 09.10 WIB. Melampaui jadwal yang seharusnya selesai pukul 09.00 WIB. Dan, selesai juga agenda penting hari ini. Tugas mengajar dan mendidik anak bangsa.

Di momen berikutnya aku gunakan waktu untuk sejenak mengevaluasi pembelajaran hari ini. Masih banyak anak-anak yang tidak aktif dalam pembelajaran. Enggan untuk sekedar membuka kamera mereka. Bahkan baru buka suara ketika ditunjuk oleh gurunya. Aku mulai memikirkan strategi lain dalam pembelajaran berikutnya.

***

Ku buka web browser dengan tanganku yang sedikit bergetar, selaras dengan gemuruh suara hati. Mulai ku ketik alamat web tersebut. Klik dengan sangat hati-hati link pengumuman itu. Dan terbukalah, cek satu per satu dengan teliti. Hasilnya adalah “Belum Diterima”. Seakan tidak percaya, ku coba teliti sekali lagi baris demi baris. Hingga aku pastikan bahwa memang demikian adanya. Sedih, kecewa. Itulah gambaran perasaanku. Tidak diterima dalam penerimaan P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Harapan untuk bisa sekedar menaikkan taraf hidup itu pun sirna. Seperti terbangun dari mimpi indah dan menyadari bahwa kenyataan tidak seperti yang diimpikan. Aku pulang ditemani dengan hatiku yang sedih dan kecewa.

***

Kupandangi ikan-ikan itu. Merekalah target tatapan mataku ketika aku ingin menenangkan hati. Rasanya lucu aja, menggemaskan melihat polah tingkah mereka. Terkadang aku iri dengan mereka. Sudah dikurung, di ruang yang terbatas pula. Tapi mereka tampak bahagia, cuek, bahkan terhadap keadaan dirinya sendiri. Mungkin aku butuh belajar dari mereka agar bisa bahagia seperti mereka.

***

Setelah berganti hari …

Saatnya mengajar lagi. Hari ini aku mengajar lagi untuk materi yang sama tapi di kelas dan jurusan yang lain. Berdasarkan evaluasi pada pembelajaran sebelumnya. Aku mencoba menerapkan cara lain untuk meningkatkan kekurangan pada pembelajaran sebelumnya, yaitu kurangnya keaktifan siswa baik dalam komunikasi, bertanya bahkan keaktifan dalam berdiskusi. Apa yang aku lakukan?. Slido dan mentimeter. Itulah dua aplikasi yang coba aku gunakan selama pembelajaran sinkronous menggunakan gmeet. Dengan aplikasi itu, aku bisa memberikan pertanyaan atau polling untuk mengecek pemahaman siswa. Fitur jawaban yang saya suka adalah dengan fitur jawaban siswa seperti chat online yang bisa dibaca semua siswa. Alhamdulillah, dengan bantuan dua aplikasi itu, banyak siswa mulai aktif. Walaupun melalui tulisan (chat online). Setidaknya itu berhasil meningkatkan keaktifan siswa yang sebelumnya malu untuk bersuara atau berbicara dan siswa senang dengan metode ini.

***

Sampai di rumah …

Kupandangi ikan-ikan itu. Manusia sudah banyak belajar tentang ikan bahkan burung, tetapi mereka lupa untuk belajar hidup di bumi sebagai manusia. Bagaimana dengan sedih dan kecewaku, perasaan menjadi orang yang gagal ?. Yah, alhamdulillah. Sehari pasca pengumuman itu, aku sudah mulai tenang dan tidak terlalu kecewa dan sedih lagi. Kalau dituruti perasaan itu, bisa jadi aku tidak semangat lagi untuk mengajar. Sudah 20 tahunan mengajar, bayangkan. Tidak adakah arti angka itu untuk sekedar meloloskanku diterima menjadi P3K?. bahkan aku kalah dengan teman-teman lain yang bahkan bukan guru yang justru malah diterima. Jika aku turuti perasaan itu, tentu semangat untuk mengabdikan diri pada nusa dan bangsa akan luntur. Di sinilah aku menyadari bahwa akan ada satu titik ketika orang yang mungkin memiliki kompetensi justru hidupnya tidak “berhasil” atau tidak menjadi kaya, tetapi ada orang yang tidak memiliki kompetensi malah bisa berhasil atau ‘sukses’. Aku mulai menyadari bahwa sesukses apapun orang di dunia mereka, dunia tetaplah dunia. Apa hikmahnya?. Biar kita tahu bahwa, effort atau usaha manusia bukan segala-galanya. Benar kita sudah berjuang, tetapi ada di atas semua itu, yaitu ketentuan Tuhan.

Dan, di situlah kita kembali kepada spirit atau filosofi “kehambaan”. Akan ada satu titik bahwa kita ini hanyalah hamba. Mau sekuat apapun, mau sepintar apapun, pada akhirnya kita hanyalah seorang hamba Allah. Yang salah satu konsekuensinya harus menerima taqdirNya, dan di situlah kesuksesan, di situlah keberhasilan. Kalau kita yakini bahwa, semua perjuangan, keringat, air mata, usaha, totalitas kita, kerja keras kita, itu semua tidak sia-sia dan semua itu kita lakukan dalam rangka mengamalkan perintahNya, dan juga semua itu kita yakini sebagai suatu pahala, keberkahan, khususnya di akhirat, maka kita adalah orang sukses.

Jadi, tidak perlu lagi kita kecewa dan sedih. Salah satu alasan orang bersedih adalah karena mengurus yang bukan urusannya. Urusan kita adalah berusaha sekuat tenaga kita, sedangkan hasil, serahkan kepada yang Di Atas. Seperti ikan-ikan itu, mereka fokus dengan tugas mereka dan mereka bahagia.

***

Benar itu Pak Arno”, perkataan Ibu Kepala Sekolah membuyarkan lamunanku. “Benar gimana bu?”, tanyaku. “Iya, guru yang baik itu mesti full package”, sambung beliau. “Maksudnya bu?”, tanyaku lagi meminta penjelasan. “Guru full package itu tidak hanya pandai, kreatif dan inovatif dalam strategi pembelajarannya, tetapi juga mesti memiliki niat yang tulus dalam menjalankan tugasnya, mendidik anak dengan hati. Jika guru memiliki dua hal itu, walaupun secara finansial dia kurang, tetapi justru dialah guru yang sukses, dialah guru yang berhasil”, jelas Ibu Kepala Sekolah. Beliau menambahkan, “Karena dengan niat tulus itulah yang akan membuat dirinya tetap semangat untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa, tetap semangat untuk mengajar dengan kreatif dan inovatif mendidik anak bangsa menjadi pribadi yang unggul Pak Arno”. (hs)


Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Subscribe Us

Pengikut

Statistik Pengunjung