Oleh : Muhammad Nuzul Dzikri
Cara
melihat itu penting
§ Al
Imam Asy-Syafi'i ulama kebanggaan kita mengatakan, “Tepatnya melihat itu
adalah kunci keselamatan dari kesesatan”. Ulama kita yang satu ini memang
istimewa. Kalimat-kalimatnya itu berkelas. Kata beliau, tepat dalam melihat
adalah kunci keselamatan dari kesesatan. Makanya hidup itu tuh seni melihat,
hidup itu seni melihat.
§ Jadi
hidup tuh bukan apa yang kita sedang hadapi, sukses atau hancurnya kita bukan
karena hari ini kita dapat masalah atau hari ini kita nggak punya masalah. Itu
keliru. Sukses atau gagalnya kita adalah bagaimana kita melihat suatu masalah,
bagaimana kita melihat sebuah ujian, gitu. Apalagi nggak ada hidup yang tanpa
ujian dan masalah.
§ Nabi
bersabda dalam hadits yang dikeluarkan Al Imam Ibnu Majah :
Artinya,“Tidak ada yang tersisa dari dunia, kecuali
ujian dan musibah”.
§ Jadi
kata Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dunia itu isinya musibah dan
ujian. Jadi suksesnya kita dunia itu, tergantung bagaimana kita melihat ujian, bagaimana
melihat dan memilih angle ketika ada musibah. Kalau tidak berantakan. Kalau
kita salah melihat, hancur lebur kita.
§ Nah,
yang namanya ngelihat itu, butuh cahaya. Mau mata normal atau minus, tapi kalau
mati lampu gelap gulita nggak kelihatan juga tuh objek. Jadi ngeliat itu butuh
cahaya.
§ Nah,
bicara tentang cahaya. Nama lain dari ilmu itu cahaya. Itu kata para ulama
khususnya Al Imam Waqi’ gurunya Imam Syafi'i. Imam Waqi’ pernah nasehatin Imam
syafi'i. Sesungguhnya ilmu ini cahaya.
§ Jadi
untuk bisa melihat angle yang tepat ketika ada masalah dan ujian, dan
ingat hidup tadi itu isinya adalah musibah.
§ Berarti
yang menentukan keberhasilan kita, adalah cara kita melihat. Nggak ada opsi
tanpa musibah.
§ Begitu
selesai ujian pertama, masuk ujian kedua, ujian kedua selesai nggak selesai
seringkali masuk ujian ketiga.
§ Maka
cara melihat itu penting dan melihat itu butuh ilmu
§ Misalnya
ada seorang wanita, saat divonis dokter kanker serviks stadium 4 terus dia
menangis sedih dan merasa hancur. Kenapa?. karena dia melihat, bahwa penyakit
ini adalah mimpi buruk yang akan memisahkan dia dengan anaknya misalnya, akan
memisahkan dia dengan keluarganya. Tetapi, ada banyak orang itu nggak nangis,
walaupun divonis penyakit yang sama atau bahkan lebih parah lagi dari itu. Kenapa?.
Karena mereka melihat dari angle yang berbeda. Ketika apa namanya sebut saja
mawar tadi itu melihat dari angle ini adalah mimpi buruk yang akan memisahkan
aku dengan anak-anak. Mbak Melati, melihatnya beda. Mbak Melati melihat bahwa
penyakit ini adalah penggugur dosa-dosa aku selama ini. Dan yang bisa
menghalangi aku dengan surga itu dosa. Maka penyakit ini Allah kasih, untuk memuluskan
jalanku menuju surga. Ini akan berbeda. Yang tadinya mau nangis, nggak jadi nangis.
Mbak Melati melihat penyakit ini akan mengangkat derajat dia di sisi Allah dst.
§ Ingat,
tugas kita adalah berjuang di saat kita sehat dan di saat kita sakit. Intinya
adalah ketaqwaan. Intinya bukan kita sembuh atau kita sakit. Hadirin, anggap
saja kita sembuh dari kanker stadium 4, intinya apa sih?. Intinya adalah kita
hanya berpindah dari satu sebab kematian ke sebab kematian yang lain. Itu aja
bapak ibu. Ndak ada yang berubah. Kita hanya berpindah dari satu sebab kematian
ke sebab kematian yang lain. Nggak lebih dari itu. Boleh jadi kita ndak
meninggal karena kanker, kita akan meninggal karena ginjal misalnya, karena
jantung misalnya. Setelah berjuang kemo 15 tahun misalnya, pulang dari rumah
sakit atau sembuh, seneng, sujud syukur, pas pulang dari rs ke tabrak motor
meninggal. Trus apa intinya, sembuh hanya berpindah dari sebab kematian ke
sebab kematian yang lain. Maka salah satu isunya yang semestinya kita angkat
adalah fala tamutunna illa wa antum muslimun. Dan sekali lagi Allahlah yang
tahu kondisi kita. Dan boleh jadi dengan kondisi kita tersebut, kita menjadi
lebih dekat kepada Allah, yang bisa jadi selama puluhan tahun kita jauh dari
Allah. Kita jadi banyak sujud kepada Allah, kita banyak nangis kepada Allah.
Kita mendekat kepada Allah, kita hijrah misalnya. Coba bayangkan kalau selama
puluhan tahun sebelumnya, kita tidak tahu, kita berada di kotak maksiat yang
mana. Maka bersyukurlah kepada Allah.
§ Dan
ingat hadits nabi dalam riwayat Tirmidzi, ketika nabi mengatakan bahwa, “Yang
diangan-angankan oleh orang yang sehat ketika di dunia adalah ketika mereka
melihat orang-orang yang ketika di dunia itu sering ditimpa sakit, kesusahan,
kesedihan, itu mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah, andai saja kulit
mereka disisir, menggunakan sisir besi, sehingga kulit-kulit mereka terbawa dan
terkelupas dan sakitnya luar biasa. Agar apa?. Agar di hari kiamat mereka
mendapatkan balasan yang sama seperti mereka yang di dunia mendapatkan sakit
dan kesusahan. Jadi, mereka iri.
§ Maka
cara melihat itu menentukan, cara melihat itu menentukan
3 Hal
dalam Seni Melihat
§ Dijelaskan
oleh Ibnul Qoyyim, bahwa ketika kita melihat masalah, melihat ujian itu, kita
bisa lihat dari 3 hal :
1)
Melihat dengan nama-nama dan sifat Allah
Jadi,
ketika ada masalah, ada ujian, maka kita lihat nama dan sifat Allah apa yang
cocok dengan masalah tersebut.
-
Misalnya, ketika kita ndak punya duit, maka kita akan
ingat nama Allah Al Ghany (Yang Maha Kaya), Ar Razaq (Yang Maha Pemberi
Rezeki), dst.
-
Misalnya, ketika kita diuji dengan kesedihan, maka
bisa jadi kita akan ingat bahwa Allah itu Hakim yang paling bijak, paling adil,
nggak mungkin mendzalimi hambaNya, Allah Maha Penyayang, bahkan lebih sayang
dari sayangnya seorang ibu kepada anaknya. Dst
-
Ini penting banget. Makanya tauhid Asma’ wa sifat itu
penting. Itulah mengapa dakwah awal para nabi itu tauhid, karena ini dasar
banget. Mengapa ini penting hadirin?. Karena kalau kita tidak melihat dari sisi
nama dan sifat Allah, bubar semuanya. Adanya kita sedih terus, adanya kita
ngeluh terus, adanya kita buruk sangka sama Allah. Kenapa ?. karena kita tidak
atau belum mengenal siapa Allah. Bagaimana kita bisa yakin kepada Allah
sedangkan kita belum mengenalNya.
-
Makanya salah satu tips yang dulu pernah saya
sampaikan, agar kita tidak mudah rapuh, tidak mudah sedih adalah jangan lihat
pelakunya (misalnya), tetapi lihatlah bahwa Allahlah yang membuat skenario kita
dighibahin orang misalnya. Dijelek-jelekkan orang, dihina orang misalnya.
2)
Melihat dari sisi perintah dan larangan Allah
-
Jadi, begitu kita menghadapi masalah, kita perlu
melihat apa perintah dan larangan Allah terkait masalah tersebut. Itu dulu.
Jangan kemana-mana dulu.
-
Jadi Does and Don’t nya apa dalam masalah ini.
-
Makanya tanya yang punya ilmunya
Artinya, “ … maka
tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (Al Anbiya
: 7)
-
Nah, sebagian kita itu ndak begitu. Biasanya langsung
gaskeun aja. Misalnya dengan bilang begini kesabaran itu ada batasnya bro. Dan
kalau dia udah begitu nggak bakalan tenang. Karena kalau kita bicara sabar tuh,
salah satu makna sabar adalah tetap berada di tuntunan al quran dan sunnah.
Tetap on track di jalan Allah.
-
Jadi, hal awal yang mestinya kita tanyakan adalah apa
perintah dan larangan Allah terkait masalah ini ya?. Itu langsung begitu dulu,
sebelum ke yang lain-lain.
-
Dan, salah satu kesalahan kita ketika kita menghadapi
masalah adalah kita melihat hak kita. Inikan hak saya, inikan milik saya, itu
warisan gua bro, kok enak saja dia main caplok aja misalnya. Jadi, fokusnya ke
hak, makanya kita hancur, kita tidak terkontrol, terkendali. Nah, dalam
seni melihat yang perlu kita lihat
adalah apa kewajiban kita. Lihat do and don’t. Apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan. Mengapa ?. karena disitulah ketaqwaan. Taqwa itu kan, menjalankan
perintah dan menjauhi larangan, dan ketika kita bertaqwa apa surat At Talaq
ayat 2-3
Artinya, “… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
membukakan jalan keluar baginya, ... Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangkanya. “
-
Jadi, setiap masalah yang kita butuhkan itu kan jalan
keluar gitu kan. Maka, kalau kita ingin jalan keluar, kita harus bertaqwa, dan
kalau kita ingin bertaqwa, maka konsekuensinya kita harus tahu dulu, apa
perintah dan larangan Allah dalam kasus ini. Itu poinnya. Jangan kemana-mana.
-
Jangan bawa hawa nafsu kita, sedangkan kita tahu bahwa
nafsu itu senantiasa mengajak kepada keburukan, kecuali orang yang dirahmati
Allah.
-
Sebagian kita masuknya dari pintu emosi, pintu amarah,
pintu hawa nafsu, pintu ego misalnya, ya nggak akan selesai-selesai itu masalah.
Maka masuklah dari apa perintah dan larangan Allah dalam kasus tersebut. Itu
hadirin. Jadi, cek dulu apa perintah dan larangan Allah 2x
-
Makanya kalau mau curhat yang bener itu, tujuannya
adalah saya harus ngapain ya?. Gitu. Bukan, aku hanya butuh pendengar saja, aku
hanya butuh orang yang mau dengarkan aku. Ya, nggak akan selesai itu masalah.
Walaupun setelah 2-3 jam curhat, dia mengatakan aku sudah lega sekarang. Tapi
kan masalahnya nggak selesai dan besok bisa jadi akan telp kita lagi. Karena
bukan itu poinnya, poinnya adalah aku harus ngapain?. Jadi, cari tahu dulu,
karena kalau nggak tahu, kita jadi nggak bertaqwa, kalau tidak bertaqwa, nggak
akan dapat jalan keluar.
-
Contoh misalnya ketika kita didzalimi orang. Apa
perintah dan larangan Allah berhubungan dengan hal ini?. Oh, ternyata kita dari
ngaji tahu bahwa membalas itu diperbolehkan, tetapi larangannya adalah tidak
melebihi, atau sama. Kalau melebihi berarti kita dzalim juga jadinya. Jadi ada
batasanya gitu. Trus ada opsi lain tidak?. Oh, ternyata ada, bahwa ternyata
memaafkan itu lebih baik dan lebih besar pahalanya disisi Allah.
-
Yang lebih parah lagi adalah, kita itu sering larut
dalam soal ujiannya dan lupa dengan jawaban dari soal ujian tersebut. Kalau
kita ulangan atau ujian, maka suksesnya ulangan atau ujian kita adalah
bagaimana kita bisa menjawab soal tersebut. Betul?. Jika banyak betulnya nilai
bagus, jika banyak salahnya nilai jelek. Nah, ketika kita diuji dalam kehidupan
ini, sering kali kita terlalu baper, mengapa?. Karena kita terlalu sibuk,
terlalu menghayati konten ujiannya. Bukan pada jawaban apa yang mesti kita pilih
atau kita ambil. Misalnya, ketika kita diuji misalnya kita dicaci maki orang,
dighibahin orang misalnya, maka sebaiknya kita jangan terlalu fokus pada konten
ghibahannya, tetapi fokuslah pada bagaimana sikap kita meresponnya.
-
Jangan sampai kita itu seperti ketika kita menghadapi
soal ulangan matematika misalnya. Si C pergi ke pasar dst
3)
Melihat dari janji dan ancaman Allah
-
Jadi, ketika kita menghadapi masalah, kita perlu tahu
apa janji dan ancaman Allah terkait kasus tersebut
-
Jangan lihat apa janji manusia, karena kita sering
kali terjebak dalam janji manusia
-
Misalnya ketika lagi menghadapi masalah yang pelik,
maka kita ingat misalnya Al Baqarah ayat 214 :
Artinya, “ … Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
-
Contoh analogi orang yang naik gunung. Trus, diPHPin
ama teman kita. Sebentar lagi bro, sedikit lagi nih. Dan setelah 4 jam tanpa
terasa kita sampai juga ke puncak misalnya. Walaupun kita mungkin ngedumel
karena diPHP temen kita. Tapi ucapan sebentar lagi bro, sedikit lagi nih, itu
mujarab gitu. Itu yang membuat kita tetap semangat dalam menjalaninya. Nah, itu
yang php, apalagi ini yang real, yang bukan PHP, ini janji Allah. Yang nggak
mungkin ingkar.
“ … Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” Itu bener
Inna
ma’al usri, yusra, sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada banyak kemudahan.
Itu real bukan
hoaks
-
Jadi, ketika kita tahu bahwa ada lebih dari satu
kemudahan dalam kesulitan kita. Maka, kita akan sadar bahwa kok aku baru lihat
kesulitan ini aja ya, berarti ada banyak kemudahan yang aku belum lihat
misalnya. Yang kalau aku bisa temukan atau lihat, maka aku akan tenang nih.
Jadi, fokus kita akan mencari kemudahan-kemudahan tersebut. Apa ya?. Oh ini
ternyata.
-
Makanya ulama mengatakan, salah satunya Syaikh
Utsaimin mengatakan, bahwa ketika Allah menutup satu pintu kebaikan, sejatinya
Allah bukakan pintu-pintu kebaikan di spot yang lain. Dan, mengapa hati kita
nyesek, sedih, karena kita hanya fokus pada satu pintu yang tertutup itu. Sehingga
kita ndak punya waktu atau ndak konsentrasi untuk melihat pintu-pintu kebaikan
lain yang terbuka. Itu poin hadirin.
-
Contoh sejarah : ketika Allah tutup pintu dakwah di
Mekah, Allah bukakan pintu dakwah di Madinah dan tempat-tempat lain. Dan
setahun kemudian Allah bukakan lagi pintu Mekah
-
Itu baru janji Allah di dunia, belum lagi janji Allah
di surga. Lihat itu.
-
Ketika kita nyesek ketika duit kita di bawa kabur
temen misalnya. Kita lupa bahwa pada hari kiamat, dia akan bayar itu duit ke
kita. Bukan dalam bentuk rupiah, dollar berarti?. Bukan juga, tetapi dalam
bentuk pahala. Ndak ada critanya duit kita dibawa kabur, akan dibayar, kalau
tidak di dunia di akhirat. Dan Allah menyatakan bahwa akhirat itu lebih baik
daripada dunia.
-
Saya tanya ke ibu2, seandainya uang ibu diambil orang
100juta, siapa yang berani jamin itu uang jika dikembalikan ke ibu, akan 100%
disalurkan di jalan Allah. Sehingga 100 juta itu bisa kita rubah semuanya
menjadi pahala. Siapa yang jamin?.
-
Coba kalau 100% kembali, mungkin sebagian untuk beli
inilah, itulah?. Dst. Yang jadi pahala mungkin tinggal 25 juta.
-
Jadi, yang membuat nyesek ketika uang kita dibawa
kabur orang itu, bukan kehilangan uang 100jt itu, tetapi kemampuan kita melihat
dari angle janji Allah dibalik masalah tersebut
Jadi, kita
sering babak belur ketika diuji Allah bukan karena ujiannya, tetapi karena kita
tidak bisa melihat dengan cara yang tepat.


.png)