Facebook

  • – Hasan al-Bashri

    "Jika seorang mencari ilmu, maka itu akan tampak di wajah, tangan, dan lidahnya serta dalam kerendahan hatinya kepada Allah".

  • – Imam Syafi’i

    "Ilmu adalah yang memberikan manfaat, bukan yang sekadar hanya dihafal".

  • – Sufyan bin Uyainah

    "Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya"

  • – Imam Syafi’i

    "Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya"

  • – Ali bin Abi Thalib

    "Ilmu itu ada dua macam: apa yang diserap dan yang didengar. Dan yang didengar tidak akan memberikan manfaat jika tidak diserap"

Tampilkan postingan dengan label Literasi Digital. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Literasi Digital. Tampilkan semua postingan

Festival Satuguru Menulis : Refleksi Guru 2021 dan Resolusi 2022

Refleksi Guru 2021 dan Resolusi Guru 2022

Heri Susanto - SMK Negeri 4 Surakarta #SATUGURU

Refleksi. Dirangkum dari pendapat para ahli, diartikan sebagai proses mental yang terjadi pada diri individu terhadap suatu pengalaman yang pernah dialami, kemudian akan menghasilkan makna berdasarkan pemahaman yang dimiliki individu tersebut. Menurut Boud, Keogh dan Walker (2005), refleksi mempunyai tiga komponen, yaitu pengalaman, perasaan dan perubahan sikap. Jika dikaitkan dengan guru, maka ketiga komponen itu akan bermakna :

  1. Pengalaman yang dialami guru selama menjalani tugasnya. Hal ini bisa berupa ingatan akan peristiwa-peristiwa yang menonjol dan berkesan baginya.
  2. Perasaan, adanya gambaran perasaan guru dalam menjalani tugasnya. Hal ini bisa berupa hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan selama menjalani tugasnya.
  3. Perubahan sikap, adanya perspektif baru oleh guru tentang pengalaman terutama dalam mengubah perilaku dan kesiapannya dalam membentuk komitmen untuk bertindak.

Pertanyaannya, apa pentingnya guru perlu melakukan refleksi?. Penulis yakin semua guru akan menjawab bahwa refleksi itu penting dan perlu dilakukan. Oleh karena itu, guru harus benar-benar melaksanakan refleksi tersebut, dan tidak membiarkannya hanya sebatas wacana atau teori belaka. Dengan kata lain guru harus meluangkan waktunya, dan tidak menunggu waktu luang untuk melakukannya. Contoh sederhananya adalah merefleksikan apa yang sudah berhasil dan apa yang tidak berhasil dilakukan dalam pembelajaran. Jika hal tersebut benar-benar secara jujur dilakukan, maka guru dapat menilai “area” mana saja yang perlu ditingkatkan atau perlu adanya penyesuaian.

festival-satuguru-menulis-refleksi-guru

Refleksi Guru 2021

Tahun 2021 masih kental dengan nuansa pandemi Covid-19. Pandemi ini telah memberi pengaruh luar biasa dalam berbagai tatanan masyarakat kita, tidak terkecuali di dunia pendidikan. Pemerintah, sekolah, guru, orang tua dan siswa dituntut untuk mampu adaptif dengan keadaan tersebut.

Khusus untuk guru, apa potret yang dirasakannya di masa pandemi Covid-19 :

  1. Adanya tuntutan menguasai teknologi informasi dalam pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh di masa pendemi benar-benar menuntut guru untuk meningkatkan kompetensinya di bidang teknologi informasi dan literasi digital. Walaupun, teknologi tidak akan bisa menggantikan peran guru, sebab selain melakukan transfer pengetahuan, guru juga mendidik siswa. Menanamkan karakter kepada siswa, yang dalam hal ini tidak bisa hanya dengan mengandalkan teknologi. Tetapi perlu diingat, guru yang tidak mampu menggunakan teknologi akan tergantikan oleh mereka yang menguasai teknologi. 
  2. Adanya tuntutan untuk adaptif dengan perubahan dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Misalnya dengan adanya perubahan administrasi mengajar, kurikulum darurat, pembelajaran jarak jauh, cara dan metode mengajar.
  3. Memastikan tercapainya tujuan pendidikan dan pemenuhan target akademis dan non-akademis ditengah keterbatasan keadaan pandemi
  4. Ikut andil dalam memastikan keselamatan diri dan anak didiknya secara fisik dan psikis selama pembelajaran tatap muka terbatas
  5. Adanya tuntutan untuk kreatif dan inovatif agar tujuan pembelajaran tercapai. Di sisi lain, perlu memastikan kondisi fisik dan psikis siswa di tengah suasana pandemi

Baca juga : 6 Strategi Pembelajaran yang Menyenangkan Siswa

Hal-hal itulah yang secara umum dirasakan oleh guru di tahun 2021, yang masih berada di masa pandemi Covid-19. Mungkin ada yang beranggapan bahwa guru menjadi lebih santai dari biasanya (sebelum pandemi). Salah satu alasannya adalah dengan kebijakan pemerintah yang memindahkan proses pembelajaran dari sekolah ke rumah. Ini adalah anggapan yang salah. Justru di masa sekarang, guru memiliki pekerjaan yang berlipat ganda, jauh lebih berat dibandingkan sebelumnya. Mengajar tatap maya bisa jadi jauh lebih sulit dibandingkan dengan tatap muka. Bahkan banyak di antara mereka tidak mengenal siang atau malam dalam menjalani tugas mengajarnya. Benar-benar hari yang melelahkan pikiran dan juga waktu yang banyak tersita. Tentu saja hal tersebut hanya dirasakan oleh guru yang tidak mengabaikan tanggung jawabnya.

Resolusi Guru 2022

Resolusi, salah satunya adalah tentang menentukan bagaimana dan kapan suatu fungsi substantif tersebut dapat dilakukan. Menjadi guru yang baik dan inspiratif sangatlah penting. Sosok guru seperti itulah yang akan selalu diingat dan disayangi oleh siswa selama hidup mereka. Sosok yang juga pasti diidamkan oleh semua guru. Motivasi itulah yang mungkin menjadi pijakan awal untuk menyongsong resolusi guru 2022.

Pandemi Covid-19 benar-benar menjadi titik balik perubahan paradigma pendidikan. Di masa yang sangat tidak menentu dan perubahan yang terjadi begitu cepat, guru adalah garda terdepan pendidikan. Dia memiliki andil yang besar untuk memastikan siswanya mendapatkan pembelajaran yang kontekstual, relevan dan membumi dengan persoalan nyata. Dan, penulis meyakini bahwa pendidikan paradigma baru akan menjadi resolusi guru di tahun 2022.

Berdasarkan refleksi yang telah dipaparkan di atas, maka berikut ini resolusi guru 2022 :

  1. Perubahan paradigma harus membuka mindset guru bahwa tujuan utama pendidikan adalah memberikan dampak intelektual dan spiritual siswa
  2. Mengambil peran terdepan dalam membangun siswa. Tujuannya adalah agar siswa bisa menemukan versi terbaiknya di dalam proses belajar mengajar.
  3. Menjadi sosok inspiratif bagi siswa, yang tidak hanya mentransfer ilmu saja, tetapi juga memfasilitasi siswa untuk menemukan solusi sendiri dari setiap permasalahan yang dihadapi. Jika di depan memberi inspirasi, di tengah menjembatani dan di belakang mendorong siswa untuk maju dan berkembang.
  4. Mengasah keterampilan melaksanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis proyek atau berbasis pada solusi sebuah masalah. Tidak lagi hanya sekedar menyampaikan materi atau pengetahuan saja. Hal ini perlu dilakukan atas dasar survei yang dilakukan oleh sekolah jejaring Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), yang menyebutkan bahwa siswa lebih senang dengan metode PJJ berbasis proyek daripada hanya sekedar menyampaikan materi atau teori belaka.
  5. Meningkatkan kompetensi di bidang literasi digital atau teknologi informasi. Oleh karena itu, guru harus senantiasa belajar sepanjang hayatnya. Seorang guru sejati adalah guru yang tidak pernah berhenti untuk belajar.
  6. Meningkatkan kapasitas softskill untuk mampu berperan menjadi motivator, katalisator pengetahuan, memberikan empati dan mengeluarkan potensi terbaik siswa

Demikian refleksi guru 2021 dan resolusi guru 2022. Sebuah ikhtiar untuk mewujudkan tujuan utama pendidikan yaitu memberikan dampak intelektual dan juga spiritual siswa.

“… Seonggok jagung di kamar tak akan menolong seorang pemuda yang pandangan hidupnya berasal dari buku, dan tidak dari kehidupan… “ (Seonggok Jagung di Kamar, karya WS Rendra)




Share:

6 Strategi Pembelajaran yang Menyenangkan Siswa

6 Strategi Pembelajaran yang Menyenangkan Siswa

6 Strategi Pembelajaran yang Menyenangkan Siswa. Pembelajaran yang menyenangkan siswa adalah dambaan semua guru. Jika siswa belajar dengan senang, maka guru pun bahagia. Guru mempunyai tugas yang tidak mudah. Mereka harus meningkatkan dan selalu mengembangkan kompetensinya. Di sisi lain, mereka juga perlu memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap konsep, model, dan strategi pembelajaran yang menyenangkan tersebut. Apapun kondisinya, sudah menjadi tuntutan bahwa keberhasilan pembelajaran yang menyenangkan “harus” diusahakan oleh guru. Di masa sekarang, pembelajaran yang menyenangkan siswa, semestinya bisa diterapkan baik di masa pandemi (online) maupun tatap muka (Offline).

6 Strategi Pembelajaran yang Menyenangkan Siswa

Pembelajaran yang menyenangkan siswa menurut para ahli

Strategi pembelajaran yang menyenangkan siswa sudah banyak dikemukakan oleh banyak ahli. Di antaranya adalah Darmansyah (2010) dalam DePorter (2000) menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang menyenangkan adalah strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan materi dan memudahkan proses belajar. Sementara Berk (1998) adalah pola berpikir dan arah berbuat yang diambil guru dalam memilih, menerapkan cara-cara penyampaian materi sehingga mudah dipahami siswa dan memungkinkan tercapainya suasana pembelajaran yang tidak membosankan. Deporter, Reardon dan Singer (1999) menyatakan bahwa kemampuan untuk mengubah komunitas belajar menjadi tempat yang meningkatkan kesadaran, daya dengar, pertisipasi, umpan balik dimana emosi dihargai.

Guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa terbebani. Jika suasana tersebut bisa tercipta, maka siswa menjadi mudah menyerap pelajaran. Bagaimana jika siswa merasa bosan atau jenuh?. Itulah yang perlu dihindari oleh guru. Jangan sampai siswa terlihat gelisah, tidak nyaman bahkan sering melihat jam tangannya. Seolah-olah mengharapkan kapan waktunya istirahat atau pulang. Nah, bagaimana guru bisa menciptakan pembelajaran yang menyenangkan siswa?. Simak ulasan berikut ini.

Strategi pembelajaran yang menyenangkan siswa

1.     Tujuan pembelajaran penting, tetapi jangan lupakan proses

Strategi ini perlu diperhatikan guru sebelum pembelajaran. Guru memang harus fokus pada ketercapaian tujuan pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang menyenangkan juga perlu diperhatikan. Banyak kita dapati, banyak guru yang terkendala waktu terkadang “hanya” berorientasi pada tujuan pembelajaran, sedangkan “proses” pembelajarannya menjadi kurang diperhatikan. 

2.     Awal yang mengesankan

Strategi ini adalah langkah awal atau target awal yang harus diraih oleh guru. Jika guru mampu “mengambil hati” siswa di 10 menit awal pembelajaran, maka di waktu selanjutnya menjadi lebih mudah. Artinya kesempatan untuk tercipta pembelajaran yang menyenangkan siswa menjadi besar.

Salah satu hal yang bisa dilakukan guru antara lain menanyakan kabar siswa, dengarkan apa kata siswa dengan perhatian dan empati. Jika siswa menyampaikan keluhan dan kendala, maka sebisa mungkin berikan saran atau solusi dari permasalahan mereka secara langsung dan sungguh-sungguh (dari hati). Intinya adalah buat anak merasa nyaman dengan kehadiran guru. Strategi ini sebenarnya sudah biasa bagi guru. Strategi ini biasanya dituliskan guru dalam kegiatan apersepsi. Permasalahannya, apakah hal ini benar-benar dilakukan oleh guru dengan sebaik-baiknya?.

3.     Ciptakan suasana kelas yang dinamis

Strategi ini perlu diciptakan guru untuk menghindari siswa mengalami kebosanan dalam belajar. Hal-hal yang “mainstream” ini masih relevan untuk dilakukan guru. Apa itu?. Di antaranya dengan sering mengubah posisi duduk siswa. Hal ini setidaknya bisa mengubah suasana siswa, berganti teman duduk juga bisa meningkatkan interaksi sesama siswa. Bagaimana jika pembelajarannya online?. Hal yang bisa dilakukan antara lain ketika meeting online (zoom atau gmeet), guru bisa membuatkan virtual background yang menarik secara visual maupun tema. 

Baca juga : Pengertian/Definisi Belajar

4.     Jadilah guru yang friendly dan komunikatif

Orang Jawa bilang, jangan terlalu “sepaneng” (artinya tegang, kaku). Guru bisa menyisipkan sisi humoris dalam pembelajaran. Walaupun tidak harus jadi pelawak untuk bisa membuat siswa bersahabat dengan guru. Di sinilah guru harus jeli kapan harus benar-benar serius dan kapan perlu ada suasana rileks dengan senyum atau sedikit candaan. Efek positifnya adalah terjalinnya interaksi yang lancar dan “mengalir” dalam proses pembelajaran.

Di samping itu, banyak manfaat sisi humor dalam pembelajaran, seperti sebagai alat pengurang stress, membuat pelajaran menjadi menarik, memperkuat daya ingat, sebagai pemikat perhatian siswa, mengurangi kebosanan dalam belajar, membantu mencairkan ketegangan di dalam kelas, membantu mengatasi kelelahan fisik dan mental dalam belajar siswa. 

5.     Usahakan memberikan perhatian yang adil dan merata

Guru harus membagi sama rata perhatiannya kepada siswa. Jangan hanya siswa-siswa tertentu saja. Misalnya siswa yang pandai atau malah siswa yang “kurang” saja. Panggilah mereka dengan nama mereka. Panggilan dengan menyebut nama, akan membuat siswa merasa bahwa gurunya dekat dengan dia. 

6.     Gunakan model pembelajaran yang variatif dan bermakna

Model pembelajaran yang variatif bisa membuat siswa tidak bosan. Pembelajaran yang bermakna artinya, guru harus pandai membuat skenario yang baik untuk mengaitkan materi pelajaran dengan manfaatnya bagi siswa di kehidupan sehari-hari. Jika ini bisa dilakukan guru, bisa jadi sampai mereka dewasa akan mengingat pelajaran tersebut. Bermakna juga bisa berarti “bermakna” bagi siswa sesuai dengan passion mereka masing-masing, sesuai dengan bakat dan minat mereka masing-masing. Yang terakhir itu akan sangat bagus jika bisa dilakukan oleh seorang guru.

Demikian 6 strategi pembelajaran yang menyenangkan siswa. Jika semua strategi itu bisa dilakukan guru, maka besar harapan proses pembelajaran menjadi berkualitas. Hingga akhirnya tujuan pembelajaran atau prestasi siswa menjadi optimal. 

Nah, bapak/ibu guru kira-kira sudah berapa poin dari keenam strategi itu yang sudah kita lakukan?. Semoga bermanfaat.

Share:

Membangun Digital Space yang Aman untuk Anak

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Tulisan ini adalah respon terlambat dari tantangan kelas GMLD (Guru Motivator Literasi Digital). Mengapa terlambat?, karena mestinya dilakukan setiap selesai penyampaian materi setiap pertemuannya. Walaupun, istilah tantangan itu mungkin lebih mengarah ke saya sendiri sih. Tantangannya apa?. Tantangannya adalah membuat resume materi setiap pertemuan. Tetapi bagi saya, “tantangan” ini terasa agak berat. Di sela-sela aktivitas lain yang lumayan padat merayap (sok sibuk).

Tetapi setelah tiga-empat hari ini, melihat teman-teman yang mulai menulis resume dan membaca chat group whatsapp, saya jadi terusik juga hehe. Dua hal itulah yang sedikit (agak banyak) bisa memotivasi diri. Kenapa mesti menggunakan tameng tidak punya waktu untuk menulis, lha wong yang sudah super sibuk saja (sebut saja misal OmJay) bisa kok.

Share:

Subscribe Us

Pengikut

Statistik Pengunjung