Facebook

  • – Hasan al-Bashri

    "Jika seorang mencari ilmu, maka itu akan tampak di wajah, tangan, dan lidahnya serta dalam kerendahan hatinya kepada Allah".

  • – Imam Syafi’i

    "Ilmu adalah yang memberikan manfaat, bukan yang sekadar hanya dihafal".

  • – Sufyan bin Uyainah

    "Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya"

  • – Imam Syafi’i

    "Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya"

  • – Ali bin Abi Thalib

    "Ilmu itu ada dua macam: apa yang diserap dan yang didengar. Dan yang didengar tidak akan memberikan manfaat jika tidak diserap"

Soal Latihan Berpikir Komputasional

Soal Latihan Berpikir Komputasional




Share:

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka pdf

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka pdf



Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka pdf. Modul ajar memiliki peran yang sangat penting bagi guru dalam proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa alasan mengapa modul ajar penting bagi guru:
Share:

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka Semester 2

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka Semester 2



Pentingnya Penggunaan Modul Ajar Bagi Guru

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka Semester 2. Modul ajar bahasa Inggris memiliki peran yang sangat penting bagi guru pengajar dan proses pembelajaran secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa modul ajar bahasa Inggris penting bagi guru:

  1. Panduan Pembelajaran yang Terstruktur: Modul ajar membantu guru mengatur pembelajaran menjadi serangkaian langkah yang terstruktur. Ini memungkinkan guru untuk merencanakan pembelajaran dengan lebih baik, memastikan bahwa semua konsep dan keterampilan penting diajarkan secara sistematis.
  2. Konsistensi dalam Pembelajaran: Modul ajar memastikan konsistensi dalam penyampaian materi kepada seluruh siswa. Dengan panduan yang sama, semua siswa memiliki kesempatan yang setara untuk memahami dan belajar materi yang diajarkan.
  3. Efisiensi Pengajaran: Modul ajar membantu guru menghemat waktu dan usaha dalam persiapan pelajaran. Materi yang telah dirancang sebelumnya dapat digunakan kembali dan disesuaikan, mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mencari dan merencanakan bahan pembelajaran setiap kali.
  4. Keberlanjutan: Modul ajar memungkinkan sekolah atau institusi pendidikan untuk menciptakan sumber daya yang dapat digunakan berulang kali oleh guru-guru di tahun-tahun berikutnya. Ini membantu menjaga kontinuitas dan kualitas pembelajaran.
  5. Fokus pada Tujuan Pembelajaran: Modul ajar biasanya dirancang dengan tujuan pembelajaran yang jelas. Hal ini membantu guru tetap fokus pada apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran dan membantu siswa mencapai tujuan tersebut.
  6. Adaptasi untuk Kebutuhan Siswa: Modul ajar yang baik dapat dirancang dengan fleksibilitas untuk memungkinkan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat menyesuaikan konten atau pendekatan pembelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman dan kecepatan belajar siswa.
  7. Penggunaan Sumber Daya yang Beragam: Modul ajar dapat mencakup berbagai jenis sumber daya, seperti teks, audio, video, dan aktivitas interaktif. Hal ini membantu guru menyajikan materi dengan cara yang beragam dan menarik bagi berbagai jenis pembelajar.
  8. Evaluasi dan Pemantauan Kemajuan: Modul ajar dapat mencakup alat evaluasi yang membantu guru dalam memantau kemajuan siswa. Ini membantu guru mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih lanjut dan merancang intervensi yang sesuai.
  9. Rujukan dan Sumber Informasi: Modul ajar dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi guru untuk memahami lebih dalam tentang konsep tertentu atau pendekatan pembelajaran yang efektif.
  10. Meningkatkan Profesionalisme Guru: Penggunaan modul ajar yang berkualitas dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan profesionalisme guru. Guru dapat merasa lebih percaya diri dengan materi dan pendekatan yang telah disiapkan dengan baik.
Dengan menggabungkan modul ajar yang baik dengan kreativitas dan pengalaman pribadi, guru dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang efektif, menarik, dan bermakna bagi siswa. Modul ajar merupakan satu diantara perangkat pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka yang harus disiapkan guru. Salah satu modul ajar tersebut adalah Bahasa Inggris untuk kelas 7. 

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka Semester 2

Dalam Modul Ajar Bahasa Inggris kelas 7, materi yang diajarkan di antaranya adalah menyimpulkan ide utama dan informasi detail yang relevan dari diskusi mengenai berbagai macam topik yang umum dalam konteks kehidupan siswa sehari-hari. 

Terdapat juga pembelajaran tentang penggunaan kata article, there are/ there is dalam kalimat sederhana. Kalimat tersebut digunakan untuk mengidentifikasi hewan dan benda-benda di sekitar kita. Di samping itu, ada juga materi pelajaran tentang cara memperkenalkan diri menggunakan bahasa Inggris. 

Materi pelajaran tentang teks iklan, identifikasi waktu (tanggal dan bulan), tes deskriptif, dan asking and giving opinion juga termasuk di dalam materi yang diajarkan. Materi-materi itu terdapat dalam sub judul modul ajar yang berbeda-beda. 

Link Download Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka Semester 2 (Unduh)

Baca juga :

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka Semester 1


Share:

Langkah-Langkah Pembelajaran Terbalik (Flipped Learning)

Langkah-Langkah Pembelajaran Terbalik (Flipped Learning)


Pembelajaran Terbalik, atau Flipped Learning, adalah pendekatan pembelajaran yang mengubah peran tradisional instruksi di dalam kelas dan di luar kelas. Dalam pendekatan ini, materi pembelajaran disajikan kepada siswa di luar kelas melalui video, bahan bacaan, atau sumber daya lainnya sebelum mereka bertemu dengan guru di kelas untuk menjalani kegiatan yang lebih interaktif dan mendalam. Berikut adalah langkah-langkah dalam menerapkan Pembelajaran Terbalik:

Share:

Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Teknologi (Technology-Enhanced Learning)

Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Teknologi (Technology-Enhanced Learning)


Pembelajaran Berbasis Teknologi, atau Technology-Enhanced Learning (TEL), adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas, aksesibilitas, dan interaktivitas. Dalam era digital saat ini, TEL telah menjadi kunci dalam membentuk pengalaman pembelajaran yang lebih dinamis dan berinteraksi. Berikut adalah langkah-langkah dalam menerapkan Pembelajaran Berbasis Teknologi:

Share:

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Game-Based Learning

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Game-Based Learning


Model pembelajaran Game-Based Learning (GBL) merupakan pendekatan yang mengintegrasikan unsur-unsur permainan ke dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan pemahaman siswa. Dalam GBL, pembelajaran disajikan dalam bentuk permainan yang menantang dan menyenangkan. Berikut adalah langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran Game-Based Learning:

Share:

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Project-Based Learning

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Project-Based Learning

Model pembelajaran Project-Based Learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang fokus pada pengembangan keterampilan praktis dan pemahaman konsep melalui pengerjaan proyek nyata. PBL mendorong siswa untuk belajar secara aktif, kolaboratif, dan mandiri. Berikut adalah langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran Project-Based Learning :

Share:

Soal-Soal Berpikir Komputasional #1

Soal-Soal Berpikir Komputasional #1







 








Share:

Menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dalam Ruang Kelas : Langkah-langkah dan Manfaatnya

Menerapkan Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dalam Ruang Kelas dan Manfaatnya



Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning atau PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah nyata sebagai pusat dari proses belajar. Dalam model ini, siswa diberikan tantangan atau masalah yang kompleks, yang memerlukan pemikiran kritis, analisis mendalam, dan kolaborasi. Artikel ini akan menguraikan langkah-langkah dalam menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning serta manfaatnya bagi pengalaman belajar siswa.

Langkah-langkah dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning:


1. Identifikasi Masalah yang Relevan

Langkah pertama dalam PBL adalah memilih atau merancang masalah yang akan menjadi fokus pembelajaran. Masalah ini haruslah sesuai dengan konten pembelajaran dan juga relevan dengan kehidupan nyata atau situasi dunia kerja. Masalah tersebut harus mendorong siswa untuk merangsang pemikiran kritis dan kreativitas.

2. Membentuk Kelompok Siswa

Siswa dibagi menjadi kelompok kecil, biasanya antara 4-6 orang, untuk mengerjakan masalah secara kolaboratif. Dalam kelompok ini, siswa akan bekerja bersama untuk menganalisis, merumuskan pemahaman, dan mencari solusi untuk masalah yang diberikan.

3. Penjelasan Awal

Setelah masalah diidentifikasi, guru memberikan penjelasan awal tentang masalah tersebut. Penjelasan ini dapat berupa gambaran umum masalah, tantangan yang dihadapi, dan konteks masalah. Guru memberikan informasi yang cukup untuk memahami masalah tetapi tidak memberikan solusi atau jawaban langsung.

4. Penelitian dan Analisis

Siswa diminta untuk melakukan penelitian dan analisis tentang masalah yang diberikan. Mereka harus mengumpulkan informasi, menganalisis data, mencari solusi alternatif, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dengan masalah. Langkah ini mendorong siswa untuk aktif mencari informasi dan berpikir secara mendalam.

5. Diskusi dan Perencanaan Solusi

Setelah melakukan penelitian, siswa berdiskusi dalam kelompok tentang solusi yang mungkin. Mereka berbagi ide, merumuskan rencana tindakan, dan membangun argumentasi untuk solusi yang mereka usulkan. Proses diskusi mendorong kolaborasi dan pemikiran kritis.

6. Presentasi dan Diskusi Kelompok

Setiap kelompok siswa kemudian mempresentasikan solusi dan argumentasinya kepada seluruh kelas. Proses ini memungkinkan siswa untuk mendengarkan perspektif yang berbeda dan mendiskusikan pro dan kontra dari solusi yang diajukan oleh kelompok lain.

7. Refleksi dan Evaluasi

Setelah presentasi, siswa dan guru bersama-sama merefleksikan proses pembelajaran. Siswa dapat mengevaluasi apakah tujuan pembelajaran tercapai, apa yang mereka pelajari, dan bagaimana proses tersebut memengaruhi pemahaman mereka terhadap masalah.

Manfaat Model Pembelajaran Problem-Based Learning:

Peningkatan Pemahaman Mendalam: PBL mendorong siswa untuk menganalisis dan memahami masalah secara lebih mendalam, bukan hanya sekadar mengingat fakta.

Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah: Siswa belajar merumuskan solusi, mengidentifikasi opsi, dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang relevan.

Kolaborasi dan Komunikasi: Siswa belajar bekerja dalam kelompok, mendengarkan pandangan orang lain, dan berkomunikasi secara efektif.

Pengembangan Pemikiran Kritis: Model ini merangsang pemikiran kritis dan evaluasi, karena siswa harus merumuskan argumentasi untuk solusi yang mereka usulkan.

Relevansi Dunia Nyata: Melalui fokus pada masalah dunia nyata, siswa merasa lebih terhubung dengan materi pembelajaran dan melihat aplikasi nyata dari pengetahuan mereka.

Motivasi yang Lebih Tinggi: Keterlibatan dalam memecahkan masalah nyata membuat pembelajaran lebih menarik dan memotivasi siswa untuk belajar.

Baca juga :
Menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning dalam ruang kelas dapat menghasilkan pengalaman belajar yang mendalam, berpusat pada siswa, dan relevan dengan dunia nyata. Melalui pemecahan masalah, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan dan pemikiran yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa depan.


Share:

Inovasi dalam Pendidikan : 6 Model Pembelajaran yang Revolusioner dan Menyenangkan Siswa

Inovasi dalam Pendidikan : 6 Model Pembelajaran yang Revolusioner dan Menyenangkan Siswa



Pendidikan adalah pondasi penting dalam perkembangan masyarakat dan individu. Dalam era yang terus berkembang ini, model-model pembelajaran inovatif menjadi kunci untuk mempersiapkan generasi masa depan dengan keterampilan yang relevan. Artikel ini akan menjelaskan beberapa model pembelajaran yang inovatif dan revolusioner yang telah mengubah cara kita melihat pendidikan.

1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)

Pembelajaran berbasis proyek mendorong siswa untuk belajar melalui eksplorasi dan penyelesaian masalah nyata. Dalam model ini, siswa terlibat dalam proyek-proyek yang menantang, di mana mereka harus menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam konteks dunia nyata. Pembelajaran ini tidak hanya berfokus pada penguasaan materi, tetapi juga pada pengembangan keterampilan kritis, kolaborasi, dan kreativitas.

2. Pembelajaran Berbasis Game (Game-Based Learning)

Pembelajaran berbasis game menggabungkan unsur-unsur permainan dalam proses pembelajaran. Ini menciptakan lingkungan yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa. Melalui permainan, siswa dapat belajar dengan cara yang menyenangkan dan mendalam, sambil mengembangkan keterampilan seperti pemecahan masalah, kerja tim, dan pengambilan keputusan.

3. Pembelajaran Berbasis Teknologi (Technology-Enhanced Learning)

Teknologi telah merubah wajah pendidikan. Pembelajaran berbasis teknologi melibatkan penggunaan perangkat lunak, aplikasi, dan platform online untuk memfasilitasi pembelajaran. Ini mencakup pembelajaran jarak jauh, kelas virtual, konten pembelajaran interaktif, dan lainnya. Teknologi membantu menciptakan aksesibilitas yang lebih besar terhadap materi pelajaran, serta mengadaptasi gaya belajar yang beragam.

4. Pembelajaran Terbalik (Flipped Learning)

Model pembelajaran terbalik membalikkan peran tradisional guru dan siswa. Materi pembelajaran disajikan kepada siswa melalui sumber-sumber online sebelum pertemuan kelas, sementara waktu kelas digunakan untuk mendiskusikan dan menerapkan konsep dalam bentuk diskusi, latihan, atau proyek. Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan bimbingan langsung dari guru saat mereka menerapkan pengetahuan dalam konteks yang lebih mendalam.

5. Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning)

Pembelajaran kolaboratif mendorong siswa untuk belajar bersama dalam kelompok, membangun pengetahuan melalui diskusi, pertukaran ide, dan pemecahan masalah bersama. Model ini mempromosikan keterlibatan aktif siswa, pengembangan keterampilan sosial, dan pemahaman yang lebih baik melalui perspektif berbeda.

6. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah menempatkan siswa dalam situasi nyata di mana mereka harus mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari solusi untuk masalah yang kompleks. Ini merangsang pemikiran kritis, kreativitas, dan kemampuan analitis siswa, sambil mengaitkan pembelajaran dengan konteks dunia nyata.

Baca juga :

Kesimpulan

Model-model pembelajaran inovatif menggeser paradigma pendidikan dari model tradisional yang berpusat pada guru ke model yang lebih berfokus pada siswa dan keterlibatan aktif mereka dalam pembelajaran. Setiap model memiliki keunikan dan manfaatnya sendiri, memungkinkan siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan yang relevan untuk dunia yang terus berubah. Dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif, pendidikan dapat menjadi lebih menarik, berarti, dan relevan bagi generasi yang akan datang.
Share:

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Fase B (Kelas 3 dan 4) SD

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Fase B (Kelas 3 dan 4) SD


Profil Pelajar Pancasila

Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia. Dalam konteks tersebut, profil pelajar Pancasila memiliki rumusan kompetensi yang melengkapi fokus di dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan di setiap jenjang satuan pendidikan dalam hal penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Kompetensi profil pelajar Pancasila memperhatikan faktor internal yang berkaitan dengan jati diri, ideologi, dan cita-cita bangsa Indonesia, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan konteks kehidupan dan tantangan bangsa Indonesia di Abad ke-21 yang sedang menghadapi masa revolusi industri 4.0.

Selain itu, Pelajar Indonesia juga diharapkan memiliki kompetensi untuk menjadi warga negara yang demokratis serta menjadi manusia unggul dan produktif di Abad ke-21. Oleh karenanya, Pelajar Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkelanjutan serta tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.
  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
  2. Berkebinekaan global.
  3. Bergotong-royong.
  4. Mandiri.
  5. Bernalar kritis.
  6. Kreatif.
Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.

Gambaran Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila. Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. 

Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila. 

Prinsip-prinsip projek penguatan profil pelajar Pancasila

  1. Holistik. Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam konteks perancangan Projek Penguatan profil pelajar Pancasila, kerangka berpikir holistik mendorong kita untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat keterhubungan dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam. Oleh karenanya, setiap tema projek profil yang dijalankan bukan merupakan sebuah wadah tematik yang menghimpun beragam mata pelajaran, namun lebih kepada wadah untuk meleburkan beragam perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu. Di samping itu, cara pandang holistik juga mendorong kita untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antar komponen dalam pelaksanaan projek profil, seperti peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari.
  2. KontekstualPrinsip kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran. Oleh karenanya, satuan pendidikan sebagai penyelenggara kegiatan projek profil harus membuka ruang dan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat mengeksplorasi berbagai hal di luar lingkup satuan pendidikan. Tema-tema projek profil yang disajikan sebisa mungkin dapat menyentuh dan menjawab persoalan lokal yang terjadi di daerah masing-masing. Dengan mendasarkan projek profil pada pengalaman dan pemecahan masalah nyata yang dihadapi dalam keseharian sebagai bagian dari solusi, diharapkan peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang bermakna untuk secara aktif meningkatkan pemahaman dan kemampuannya.

  3. Berpusat Pada Peserta Didik. Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri, termasuk memiliki kesempatan memilih dan mengusulkan topik projek profil sesuai minatnya. Pendidik diharapkan dapat mengurangi peran sebagai aktor utama kegiatan belajar mengajar yang menjelaskan banyak materi dan memberikan banyak instruksi. Sebaliknya, pendidik sebaiknya menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongannya sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Harapannya, setiap kegiatan  pembelajaran dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan inisiatif serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. 

  4. Eksploratif. Prinsip eksploratif berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang yang lebar bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur maupun bebas. Projek penguatan profil pelajar Pancasila tidak berada dalam struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema formal pengaturan mata peserta didikan. Oleh karenanya projek profil ini memiliki area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi peserta didikan, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran. Namun demikian, diharapkan pada perencanaan dan pelaksanaannya, pendidik tetap dapat merancang kegiatan projek profil secara sistematis dan terstruktur agar dapat memudahkan pelaksanaannya. Prinsip eksploratif juga diharapkan dapat mendorong peran projek penguatan profil pelajar Pancasila untuk menggenapkan dan menguatkan kemampuan yang sudah peserta didik dapatkan dalam peserta didikan intrakurikuler.Tema Projek Penguatan Profil Pelajar PancasilaTema Projek Profil SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK dan sederajat.
Tema-tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan adalah sebagai berikut. 

Menyusun Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Modul projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan dokumen yang berisi tujuan, langkah, media pembelajaran, dan asesmen yang dibutuhkan untuk melaksanakan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Pendidik memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi modul projek profil yang tersedia sesuai dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik. Pemerintah menyediakan contoh-contoh modul projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dijadikan inspirasi untuk satuan pendidikan. 

Satuan pendidikan dan pendidik dapat mengembangkan modul projek profil sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, memodifikasi, dan/atau menggunakan modul projek profil yang disediakan Pemerintah sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta didik. Oleh karena itu, pendidik yang menggunakan modul projek profil yang disediakan Pemerintah tidak perlu lagi menyusun modul projek profil.

Komponen Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Modul projek profil dilengkapi dengan komponen yang menjadi dasar dalam proses penyusunannya serta dibutuhkan untuk kelengkapan pelaksanaan pembelajaran. Modul projek profil pada dasarnya memiliki komponen sebagai berikut:
  • Profil Modul. Tema dan topik atau judul modul, Fase atau jenjang sasaran, Durasi kegiatan
  • Tujuan. Pemetaan dimensi, elemen, sub elemen Profil Pelajar Pancasila yang menjadi tujuan projek profil, Rubrik pencapaian berisi rumusan kompetensi yang sesuai dengan fase peserta didik (Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah)
  • Aktivitas. Alur aktivitas projek profil secara umum, penjelasan detail tahapan kegiatan dan asesmennyaAsesmen. Instrumen pengolahan hasil asesmen untuk menyimpulkan pencapaian projek profilBerikut ini kami akan berbagi terkait Modul Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bisa dijadikan referensi bapak/ibu guru untuk diaplikasikan, yaitu :
Fase B (kelas 3 dan 4) SD
Fase B Gaya Hidup Pembelajaran (unduh)
Cerdas, dan lancar (unduh)Kurangi Plastik (unduh)
Sampah Plastik (unduh)
Fase B - Kearifan Lokal (unduh)
Share:

Asesmen Diagnostik Kognitif dan Non Kognitif Beserta Contohnya Lengkap

Asesmen Diagnostik Kognitif dan Non Kognitif Beserta Contohnya Lengkap

Tujuan Asesmen Diagnostik

Secara umum, sesuai namanya asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif. Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:

Share:

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Fase A (Kelas 1 dan 2) SD

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Fase A (Kelas 1 dan 2) SD



Profil Pelajar Pancasila

Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia. Dalam konteks tersebut, profil pelajar Pancasila memiliki rumusan kompetensi yang melengkapi fokus di dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan di setiap jenjang satuan pendidikan dalam hal penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Share:

Subscribe Us

Pengikut

Statistik Pengunjung