Facebook

  • – Hasan al-Bashri

    "Jika seorang mencari ilmu, maka itu akan tampak di wajah, tangan, dan lidahnya serta dalam kerendahan hatinya kepada Allah".

  • – Imam Syafi’i

    "Ilmu adalah yang memberikan manfaat, bukan yang sekadar hanya dihafal".

  • – Sufyan bin Uyainah

    "Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya"

  • – Imam Syafi’i

    "Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya"

  • – Ali bin Abi Thalib

    "Ilmu itu ada dua macam: apa yang diserap dan yang didengar. Dan yang didengar tidak akan memberikan manfaat jika tidak diserap"

Soal-Soal Berpikir Komputasional #1

Soal-Soal Berpikir Komputasional #1







 








Share:

Menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dalam Ruang Kelas : Langkah-langkah dan Manfaatnya

Menerapkan Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dalam Ruang Kelas dan Manfaatnya



Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning atau PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah nyata sebagai pusat dari proses belajar. Dalam model ini, siswa diberikan tantangan atau masalah yang kompleks, yang memerlukan pemikiran kritis, analisis mendalam, dan kolaborasi. Artikel ini akan menguraikan langkah-langkah dalam menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning serta manfaatnya bagi pengalaman belajar siswa.

Langkah-langkah dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning:


1. Identifikasi Masalah yang Relevan

Langkah pertama dalam PBL adalah memilih atau merancang masalah yang akan menjadi fokus pembelajaran. Masalah ini haruslah sesuai dengan konten pembelajaran dan juga relevan dengan kehidupan nyata atau situasi dunia kerja. Masalah tersebut harus mendorong siswa untuk merangsang pemikiran kritis dan kreativitas.

2. Membentuk Kelompok Siswa

Siswa dibagi menjadi kelompok kecil, biasanya antara 4-6 orang, untuk mengerjakan masalah secara kolaboratif. Dalam kelompok ini, siswa akan bekerja bersama untuk menganalisis, merumuskan pemahaman, dan mencari solusi untuk masalah yang diberikan.

3. Penjelasan Awal

Setelah masalah diidentifikasi, guru memberikan penjelasan awal tentang masalah tersebut. Penjelasan ini dapat berupa gambaran umum masalah, tantangan yang dihadapi, dan konteks masalah. Guru memberikan informasi yang cukup untuk memahami masalah tetapi tidak memberikan solusi atau jawaban langsung.

4. Penelitian dan Analisis

Siswa diminta untuk melakukan penelitian dan analisis tentang masalah yang diberikan. Mereka harus mengumpulkan informasi, menganalisis data, mencari solusi alternatif, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dengan masalah. Langkah ini mendorong siswa untuk aktif mencari informasi dan berpikir secara mendalam.

5. Diskusi dan Perencanaan Solusi

Setelah melakukan penelitian, siswa berdiskusi dalam kelompok tentang solusi yang mungkin. Mereka berbagi ide, merumuskan rencana tindakan, dan membangun argumentasi untuk solusi yang mereka usulkan. Proses diskusi mendorong kolaborasi dan pemikiran kritis.

6. Presentasi dan Diskusi Kelompok

Setiap kelompok siswa kemudian mempresentasikan solusi dan argumentasinya kepada seluruh kelas. Proses ini memungkinkan siswa untuk mendengarkan perspektif yang berbeda dan mendiskusikan pro dan kontra dari solusi yang diajukan oleh kelompok lain.

7. Refleksi dan Evaluasi

Setelah presentasi, siswa dan guru bersama-sama merefleksikan proses pembelajaran. Siswa dapat mengevaluasi apakah tujuan pembelajaran tercapai, apa yang mereka pelajari, dan bagaimana proses tersebut memengaruhi pemahaman mereka terhadap masalah.

Manfaat Model Pembelajaran Problem-Based Learning:

Peningkatan Pemahaman Mendalam: PBL mendorong siswa untuk menganalisis dan memahami masalah secara lebih mendalam, bukan hanya sekadar mengingat fakta.

Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah: Siswa belajar merumuskan solusi, mengidentifikasi opsi, dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang relevan.

Kolaborasi dan Komunikasi: Siswa belajar bekerja dalam kelompok, mendengarkan pandangan orang lain, dan berkomunikasi secara efektif.

Pengembangan Pemikiran Kritis: Model ini merangsang pemikiran kritis dan evaluasi, karena siswa harus merumuskan argumentasi untuk solusi yang mereka usulkan.

Relevansi Dunia Nyata: Melalui fokus pada masalah dunia nyata, siswa merasa lebih terhubung dengan materi pembelajaran dan melihat aplikasi nyata dari pengetahuan mereka.

Motivasi yang Lebih Tinggi: Keterlibatan dalam memecahkan masalah nyata membuat pembelajaran lebih menarik dan memotivasi siswa untuk belajar.

Baca juga :
Menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning dalam ruang kelas dapat menghasilkan pengalaman belajar yang mendalam, berpusat pada siswa, dan relevan dengan dunia nyata. Melalui pemecahan masalah, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan dan pemikiran yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa depan.


Share:

Inovasi dalam Pendidikan : 6 Model Pembelajaran yang Revolusioner dan Menyenangkan Siswa

Inovasi dalam Pendidikan : 6 Model Pembelajaran yang Revolusioner dan Menyenangkan Siswa



Pendidikan adalah pondasi penting dalam perkembangan masyarakat dan individu. Dalam era yang terus berkembang ini, model-model pembelajaran inovatif menjadi kunci untuk mempersiapkan generasi masa depan dengan keterampilan yang relevan. Artikel ini akan menjelaskan beberapa model pembelajaran yang inovatif dan revolusioner yang telah mengubah cara kita melihat pendidikan.

1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)

Pembelajaran berbasis proyek mendorong siswa untuk belajar melalui eksplorasi dan penyelesaian masalah nyata. Dalam model ini, siswa terlibat dalam proyek-proyek yang menantang, di mana mereka harus menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam konteks dunia nyata. Pembelajaran ini tidak hanya berfokus pada penguasaan materi, tetapi juga pada pengembangan keterampilan kritis, kolaborasi, dan kreativitas.

2. Pembelajaran Berbasis Game (Game-Based Learning)

Pembelajaran berbasis game menggabungkan unsur-unsur permainan dalam proses pembelajaran. Ini menciptakan lingkungan yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa. Melalui permainan, siswa dapat belajar dengan cara yang menyenangkan dan mendalam, sambil mengembangkan keterampilan seperti pemecahan masalah, kerja tim, dan pengambilan keputusan.

3. Pembelajaran Berbasis Teknologi (Technology-Enhanced Learning)

Teknologi telah merubah wajah pendidikan. Pembelajaran berbasis teknologi melibatkan penggunaan perangkat lunak, aplikasi, dan platform online untuk memfasilitasi pembelajaran. Ini mencakup pembelajaran jarak jauh, kelas virtual, konten pembelajaran interaktif, dan lainnya. Teknologi membantu menciptakan aksesibilitas yang lebih besar terhadap materi pelajaran, serta mengadaptasi gaya belajar yang beragam.

4. Pembelajaran Terbalik (Flipped Learning)

Model pembelajaran terbalik membalikkan peran tradisional guru dan siswa. Materi pembelajaran disajikan kepada siswa melalui sumber-sumber online sebelum pertemuan kelas, sementara waktu kelas digunakan untuk mendiskusikan dan menerapkan konsep dalam bentuk diskusi, latihan, atau proyek. Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan bimbingan langsung dari guru saat mereka menerapkan pengetahuan dalam konteks yang lebih mendalam.

5. Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning)

Pembelajaran kolaboratif mendorong siswa untuk belajar bersama dalam kelompok, membangun pengetahuan melalui diskusi, pertukaran ide, dan pemecahan masalah bersama. Model ini mempromosikan keterlibatan aktif siswa, pengembangan keterampilan sosial, dan pemahaman yang lebih baik melalui perspektif berbeda.

6. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah menempatkan siswa dalam situasi nyata di mana mereka harus mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari solusi untuk masalah yang kompleks. Ini merangsang pemikiran kritis, kreativitas, dan kemampuan analitis siswa, sambil mengaitkan pembelajaran dengan konteks dunia nyata.

Baca juga :

Kesimpulan

Model-model pembelajaran inovatif menggeser paradigma pendidikan dari model tradisional yang berpusat pada guru ke model yang lebih berfokus pada siswa dan keterlibatan aktif mereka dalam pembelajaran. Setiap model memiliki keunikan dan manfaatnya sendiri, memungkinkan siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan yang relevan untuk dunia yang terus berubah. Dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif, pendidikan dapat menjadi lebih menarik, berarti, dan relevan bagi generasi yang akan datang.
Share:

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Fase B (Kelas 3 dan 4) SD

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Fase B (Kelas 3 dan 4) SD


Profil Pelajar Pancasila

Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia. Dalam konteks tersebut, profil pelajar Pancasila memiliki rumusan kompetensi yang melengkapi fokus di dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan di setiap jenjang satuan pendidikan dalam hal penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Kompetensi profil pelajar Pancasila memperhatikan faktor internal yang berkaitan dengan jati diri, ideologi, dan cita-cita bangsa Indonesia, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan konteks kehidupan dan tantangan bangsa Indonesia di Abad ke-21 yang sedang menghadapi masa revolusi industri 4.0.

Selain itu, Pelajar Indonesia juga diharapkan memiliki kompetensi untuk menjadi warga negara yang demokratis serta menjadi manusia unggul dan produktif di Abad ke-21. Oleh karenanya, Pelajar Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkelanjutan serta tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.
  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
  2. Berkebinekaan global.
  3. Bergotong-royong.
  4. Mandiri.
  5. Bernalar kritis.
  6. Kreatif.
Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.

Gambaran Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila. Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. 

Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila. 

Prinsip-prinsip projek penguatan profil pelajar Pancasila

  1. Holistik. Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam konteks perancangan Projek Penguatan profil pelajar Pancasila, kerangka berpikir holistik mendorong kita untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat keterhubungan dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam. Oleh karenanya, setiap tema projek profil yang dijalankan bukan merupakan sebuah wadah tematik yang menghimpun beragam mata pelajaran, namun lebih kepada wadah untuk meleburkan beragam perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu. Di samping itu, cara pandang holistik juga mendorong kita untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antar komponen dalam pelaksanaan projek profil, seperti peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari.
  2. KontekstualPrinsip kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran. Oleh karenanya, satuan pendidikan sebagai penyelenggara kegiatan projek profil harus membuka ruang dan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat mengeksplorasi berbagai hal di luar lingkup satuan pendidikan. Tema-tema projek profil yang disajikan sebisa mungkin dapat menyentuh dan menjawab persoalan lokal yang terjadi di daerah masing-masing. Dengan mendasarkan projek profil pada pengalaman dan pemecahan masalah nyata yang dihadapi dalam keseharian sebagai bagian dari solusi, diharapkan peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang bermakna untuk secara aktif meningkatkan pemahaman dan kemampuannya.

  3. Berpusat Pada Peserta Didik. Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri, termasuk memiliki kesempatan memilih dan mengusulkan topik projek profil sesuai minatnya. Pendidik diharapkan dapat mengurangi peran sebagai aktor utama kegiatan belajar mengajar yang menjelaskan banyak materi dan memberikan banyak instruksi. Sebaliknya, pendidik sebaiknya menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongannya sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Harapannya, setiap kegiatan  pembelajaran dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan inisiatif serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. 

  4. Eksploratif. Prinsip eksploratif berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang yang lebar bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur maupun bebas. Projek penguatan profil pelajar Pancasila tidak berada dalam struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema formal pengaturan mata peserta didikan. Oleh karenanya projek profil ini memiliki area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi peserta didikan, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran. Namun demikian, diharapkan pada perencanaan dan pelaksanaannya, pendidik tetap dapat merancang kegiatan projek profil secara sistematis dan terstruktur agar dapat memudahkan pelaksanaannya. Prinsip eksploratif juga diharapkan dapat mendorong peran projek penguatan profil pelajar Pancasila untuk menggenapkan dan menguatkan kemampuan yang sudah peserta didik dapatkan dalam peserta didikan intrakurikuler.Tema Projek Penguatan Profil Pelajar PancasilaTema Projek Profil SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK dan sederajat.
Tema-tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan adalah sebagai berikut. 

Menyusun Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Modul projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan dokumen yang berisi tujuan, langkah, media pembelajaran, dan asesmen yang dibutuhkan untuk melaksanakan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Pendidik memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi modul projek profil yang tersedia sesuai dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik. Pemerintah menyediakan contoh-contoh modul projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dijadikan inspirasi untuk satuan pendidikan. 

Satuan pendidikan dan pendidik dapat mengembangkan modul projek profil sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, memodifikasi, dan/atau menggunakan modul projek profil yang disediakan Pemerintah sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta didik. Oleh karena itu, pendidik yang menggunakan modul projek profil yang disediakan Pemerintah tidak perlu lagi menyusun modul projek profil.

Komponen Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Modul projek profil dilengkapi dengan komponen yang menjadi dasar dalam proses penyusunannya serta dibutuhkan untuk kelengkapan pelaksanaan pembelajaran. Modul projek profil pada dasarnya memiliki komponen sebagai berikut:
  • Profil Modul. Tema dan topik atau judul modul, Fase atau jenjang sasaran, Durasi kegiatan
  • Tujuan. Pemetaan dimensi, elemen, sub elemen Profil Pelajar Pancasila yang menjadi tujuan projek profil, Rubrik pencapaian berisi rumusan kompetensi yang sesuai dengan fase peserta didik (Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah)
  • Aktivitas. Alur aktivitas projek profil secara umum, penjelasan detail tahapan kegiatan dan asesmennyaAsesmen. Instrumen pengolahan hasil asesmen untuk menyimpulkan pencapaian projek profilBerikut ini kami akan berbagi terkait Modul Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bisa dijadikan referensi bapak/ibu guru untuk diaplikasikan, yaitu :
Fase B (kelas 3 dan 4) SD
Fase B Gaya Hidup Pembelajaran (unduh)
Cerdas, dan lancar (unduh)Kurangi Plastik (unduh)
Sampah Plastik (unduh)
Fase B - Kearifan Lokal (unduh)
Share:

Asesmen Diagnostik Kognitif dan Non Kognitif Beserta Contohnya Lengkap

Asesmen Diagnostik Kognitif dan Non Kognitif Beserta Contohnya Lengkap

Tujuan Asesmen Diagnostik

Secara umum, sesuai namanya asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif. Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:

Share:

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Fase A (Kelas 1 dan 2) SD

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Fase A (Kelas 1 dan 2) SD



Profil Pelajar Pancasila

Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia. Dalam konteks tersebut, profil pelajar Pancasila memiliki rumusan kompetensi yang melengkapi fokus di dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan di setiap jenjang satuan pendidikan dalam hal penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Share:

Subscribe Us

Pengikut

Statistik Pengunjung