Rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala sungguh sangat luas.
Sebagaimana disebutkan dalam FirmanNya :
Dan
tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. (Allah)
berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka
akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan
zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (Al A'raf : 156)
Ayat tersebut
menyebutkan bahwa Rahmat Allah Subhanahu
wa ta'ala meliputi segala sesuatu. Apapun makhluk di dunia ini tidak lepas
dari RahmatNya. Bahkan hingga orang musyrik sekalipun. Orang yang nyata-nyata
durhaka kepadaNya masih diberi rahmat oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebagaimana yang disebutkan dalam FirmanNya :
"Maka apabila mereka naik kapal, mereka
mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah)." (Al-Ankabut:
65)
Ayat di atas menceritakan
ketika orang-orang musyrik tertimpa kesulitan menjadi ingat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Orang-orang musyrik
itu berada dalam kondisi yang sangat takut ketika kapalnya terombang-ambing di
lautan. Takut jika kapalnya akan tenggelam dan menenggelamkan mereka ke lautan.
Pada saat itu mereka meyakini bahwa hanya Allah Subhanahu wa ta'ala saja yang bisa menyelamatkan mereka. Maka
mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa
ta'ala agar diselamatkan oleh Allah Subhanahu
wa ta'ala. Dan berkat rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala mereka di
selamatkan. Walaupun ketika mereka sudah diselamatkan (sampai di daratan)
mereka kembali berpaling dariNya. Hal itu menunjukkan betapa luasnya rahmat
Allah Subhanahu wa ta'ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tatkala Allah menciptakan para makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang
kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih
mengalahkan kemurkaanKu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut juga
menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah Subhanahu
wa ta'ala kepada hambaNya. Allah Subhanahu
wa ta'ala menyatakan bahwa rahmatNya mengalahkan kemurkaanNya.
Dan, salah satu bentuk
rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala kepada
hambaNya adalah menutup aib hambaNya yang dikehendaki. Orang memandang kita
baik bukan karena kita memang benar-benar baik, tetapi Allah Subhanahu wa ta'ala telah menutup
aib-aib kita. Marilah kita perhatikan riwayat berikut :
Dikisahkan bahwa pada
zaman Nabi Musa ‘alaihis salam, Bani
Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul
mendatangi Nabi Musa.
“Wahai
Musa, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami!”
Maka berangkatlah Nabi Musa ‘alaihis
salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70
ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus
dan lapar.
Musa berdoa, “Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada
kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang
mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud.”
Namun sungguh aneh,
tetap saja langit terang benderang, matahari justru bersinar makin kemilau.
Kemudian Musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku berilah kami hujan!”
Allah Subhanahu wa ta'ala pun berfirman kepada
Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan
hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang
bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia
berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk
kalian!”
Maka Musa pun berteriak
di tengah-tengah kaumnya, “Wahai hamba
yang bermaksiat kepada Allah selama 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena
engkaulah hujan tak kunjung turun.”
Seorang pria melirik ke
kanan dan kiri, melihat tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia, saat
itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud sebagai hamba yang telah
bermaksiat selama 40 tahun tersebut. Ia pun merasa malu, takut, dan gelisah.
Ia berkata dalam hatinya,
“Kalau aku keluar ke depan manusia, maka
akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak
akan turun.”
Maka pria itu
menundukkan kepalanya karena malu dan menyesal, air matanya pun menetes, ia
berdoa kepada Allah, “Ya Allah, Aku telah
bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku.
Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku!” isaknya
dalam hati yang penuh pengharapan.
Tak lama kemudian
awan-awan tebal pun bergumpal di atas langit, semakin tebal menghitam lalu
turunlah hujan.
Nabi Musa keheranan dan
berkata, “Ya Allah, Engkau telah turunkan
hujan kepada kami, padahal tak seorang pun yang keluar di depan manusia.”
Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan disebabkan seorang hamba
yang karenanya hujan tak kunjung turun telah bertaubat atas dosa-dosanya.”
Musa berkata, “Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang telah
bertaubat itu.”
Allah berfirman, “Ya Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal
ia bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun, apakah Aku membuka akan aibnya
sedangkan ia telah taat kepada-Ku?!”
Luar biasa rahmat Allah
Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya.
Begitulah cara Allah Subhanahu wa ta'ala menutupi
aib hambaNya. Dosa yang kita lakukan secara sembunyi-sembunyi ditutupi oleh Allah
Subhanahu wa ta'ala dan tidak ada orang
lain yang mengetahuinya. Begitu baiknya Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya. Sehingga hanya hal-hal baik
saja yang diketahui orang lain tentang kita. Walaupun jika aib itu diungkap
oleh Allah Subhanahu wa ta'ala tentu
kita akan sangat malu.
Perhatikanlah satu
hadits yang menunjukkan betapa baik Allah Subhanahu
wa ta'ala kepada hambaNya. Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya (pada hari kiamat) Allah akan
mendekatkan orang yang beriman, lalu Allah meletakkan tabir dan menutupinya. Kemudian
Allah berfirman, “Apakah kamu mengetahui
dosa ini? Apakah engkau tahu dosa itu?”. Hamba tadi menjawab, “Ia, betul saya tahu wahai Rabbku.”
Hingga ketika Allah telah membuat dia mengakui semua dosanya dan dia mengira
dirinya sudah akan binasa. Allah berfirman kepadanya, “Aku telah menutupi dosa-dosa ini di dunia, maka pada hari ini Aku
mengampuni dosa-dosamu itu.” Lalu diberikanlah padanya catatan
kebaikan-kebaikannya.” (HR. Bukhari)
Luar biasa. Hingga
sulit menggambarkan betapa sangat baiknya Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya. Sehingga dengan Maha Baiknya
Allah Subhanahu wa ta'ala tersebut
masih saja ada orang yang mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala itu tidak adil. Sungguh itu adalah kata-kata
yang menunjukkan bahwa orang itu tidak punya rasa malu kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Berdasarkan uraian di
atas dapat kita ambil beberapa pelajaran berharga dalam hidup ini. Pertama, janganlah
kita membuka-buka aib saudara kita sedangkan Allah Subhanahu wa ta'ala saja, mau menutupi aib kita dan juga aib
saudara-saudara kita. Jika kita membuka aib saudara kita maka Allah Subhanahu wa ta'ala akan membuka aib
kita. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam berikut :
“Wahai
sekalian manusia yang beriman dengan lidahnya, (namun) belum masuk iman ke
dalam hatinya. Janganlah engkau sekalian mengumpat orang-orang Islam dan jangan
membuka aib mereka, (karana) sesungguhnya, orang yang membuka aib saudaranya
muslim, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang aibnya dibuka Allah,
maka Dia akan membukanya sekalipun di dalam rumahnya.” (HR.
Muslim)
Kedua, janganlah kita
membuka aib kita kepada orang lain sedangkan Allah Subhanahu wa ta'ala sudah menutupinya untuk kita. Termasuk
kebodohan yang besar jika ada orang yang secara terang-terangan menunjukkan
aibnya kepada orang lain. Dia dengan terang-terangan menceritakan dosa dan
maksiat yang telah dilakukannya, hanya dengan alasan tidak ingin disebut
seorang munafik. Takutlah kepada sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bahwa termasuk orang yang tidak akan
diampuni dosanya adalah orang yang sudah dengan terang-terangan bahkan tidak
malu memperlihatkan aibnya kepada orang lain.
"Setiap umatku
akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang
terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa
adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia
menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana
dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’
Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi
pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh
Allah tersebut.” (HR. Bukhari)
Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala menutup aib kita di
dunia dan di akhirat. Dan, memudahkan lisan kita untuk tidak mengungkap aib
kita dan saudara-saudara kita. Amiin.
Baca juga : Berdoalah untuk Hidayahmu
Cinta dan Benci karena Allah
***
0 Comments:
Posting Komentar