Facebook

27 Oktober 2021

Allah Penutup Aib Kita

Rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala sungguh sangat luas. Sebagaimana disebutkan dalam FirmanNya :

Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (Al A'raf : 156)

Ayat tersebut menyebutkan bahwa Rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala meliputi segala sesuatu. Apapun makhluk di dunia ini tidak lepas dari RahmatNya. Bahkan hingga orang musyrik sekalipun. Orang yang nyata-nyata durhaka kepadaNya masih diberi rahmat oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebagaimana yang disebutkan dalam FirmanNya :

"Maka apabila mereka naik kapal, mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)." (Al-Ankabut: 65)

Ayat di atas menceritakan ketika orang-orang musyrik tertimpa kesulitan menjadi ingat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Orang-orang musyrik itu berada dalam kondisi yang sangat takut ketika kapalnya terombang-ambing di lautan. Takut jika kapalnya akan tenggelam dan menenggelamkan mereka ke lautan. Pada saat itu mereka meyakini bahwa hanya Allah Subhanahu wa ta'ala saja yang bisa menyelamatkan mereka. Maka mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala agar diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.  Dan berkat rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala mereka di selamatkan. Walaupun ketika mereka sudah diselamatkan (sampai di daratan) mereka kembali berpaling dariNya. Hal itu menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tatkala Allah menciptakan para makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaanKu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits tersebut juga menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya. Allah Subhanahu wa ta'ala menyatakan bahwa rahmatNya mengalahkan kemurkaanNya.

Dan, salah satu bentuk rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya adalah menutup aib hambaNya yang dikehendaki. Orang memandang kita baik bukan karena kita memang benar-benar baik, tetapi Allah Subhanahu wa ta'ala telah menutup aib-aib kita. Marilah kita perhatikan riwayat berikut :

Dikisahkan bahwa pada zaman Nabi Musa ‘alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi Musa.

“Wahai Musa, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami!” Maka berangkatlah Nabi Musa ‘alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.

Musa berdoa, “Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud.”

Namun sungguh aneh, tetap saja langit terang benderang, matahari justru bersinar makin kemilau. Kemudian Musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku berilah kami hujan!”

Allah Subhanahu wa ta'ala pun berfirman kepada Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian!”

Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah selama 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun.”

Seorang pria melirik ke kanan dan kiri, melihat tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud sebagai hamba yang telah bermaksiat selama 40 tahun tersebut. Ia pun merasa malu, takut, dan gelisah.

Ia berkata dalam hatinya, “Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun.”

Maka pria itu menundukkan kepalanya karena malu dan menyesal, air matanya pun menetes, ia berdoa kepada Allah, “Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku!” isaknya dalam hati yang penuh pengharapan.

Tak lama kemudian awan-awan tebal pun bergumpal di atas langit, semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan.

Nabi Musa keheranan dan berkata, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, padahal tak seorang pun yang keluar di depan manusia.”

Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan disebabkan seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun telah bertaubat atas dosa-dosanya.”

Musa berkata, “Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang telah bertaubat itu.”

Allah berfirman, “Ya Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun, apakah Aku membuka akan aibnya sedangkan ia telah taat kepada-Ku?!”

Luar biasa rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya. Begitulah cara Allah Subhanahu wa ta'ala menutupi aib hambaNya. Dosa yang kita lakukan secara sembunyi-sembunyi ditutupi oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Begitu baiknya Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya. Sehingga hanya hal-hal baik saja yang diketahui orang lain tentang kita. Walaupun jika aib itu diungkap oleh Allah Subhanahu wa ta'ala tentu kita akan sangat malu.

Perhatikanlah satu hadits yang menunjukkan betapa baik Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya (pada hari kiamat) Allah akan mendekatkan orang yang beriman, lalu Allah meletakkan tabir dan menutupinya. Kemudian Allah berfirman, “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah engkau tahu dosa itu?”. Hamba tadi menjawab, “Ia, betul saya tahu wahai Rabbku.” Hingga ketika Allah telah membuat dia mengakui semua dosanya dan dia mengira dirinya sudah akan binasa. Allah berfirman kepadanya, “Aku telah menutupi dosa-dosa ini di dunia, maka pada hari ini Aku mengampuni dosa-dosamu itu.” Lalu diberikanlah padanya catatan kebaikan-kebaikannya.” (HR. Bukhari)

Luar biasa. Hingga sulit menggambarkan betapa sangat baiknya Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hambaNya. Sehingga dengan Maha Baiknya Allah Subhanahu wa ta'ala tersebut masih saja ada orang yang mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala itu tidak adil. Sungguh itu adalah kata-kata yang menunjukkan bahwa orang itu tidak punya rasa malu kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ambil beberapa pelajaran berharga dalam hidup ini. Pertama, janganlah kita membuka-buka aib saudara kita sedangkan Allah Subhanahu wa ta'ala saja, mau menutupi aib kita dan juga aib saudara-saudara kita. Jika kita membuka aib saudara kita maka Allah Subhanahu wa ta'ala akan membuka aib kita. Sebagaimana sabda  Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam berikut :

“Wahai sekalian manusia yang beriman dengan lidahnya, (namun) belum masuk iman ke dalam hatinya. Janganlah engkau sekalian mengumpat orang-orang Islam dan jangan membuka aib mereka, (karana) sesungguhnya, orang yang membuka aib saudaranya muslim, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang aibnya dibuka Allah, maka Dia akan membukanya sekalipun di dalam rumahnya.” (HR. Muslim)

Kedua, janganlah kita membuka aib kita kepada orang lain sedangkan Allah Subhanahu wa ta'ala sudah menutupinya untuk kita. Termasuk kebodohan yang besar jika ada orang yang secara terang-terangan menunjukkan aibnya kepada orang lain. Dia dengan terang-terangan menceritakan dosa dan maksiat yang telah dilakukannya, hanya dengan alasan tidak ingin disebut seorang munafik. Takutlah kepada sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bahwa termasuk orang yang tidak akan diampuni dosanya adalah orang yang sudah dengan terang-terangan bahkan tidak malu memperlihatkan aibnya kepada orang lain.

"Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” (HR. Bukhari)

Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala menutup aib kita di dunia dan di akhirat. Dan, memudahkan lisan kita untuk tidak mengungkap aib kita dan saudara-saudara kita. Amiin.


Baca juga : Berdoalah untuk Hidayahmu
                   Cinta dan Benci karena Allah

***

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Subscribe Us

Pengikut

Statistik Pengunjung