Facebook

Bidadari di Bis Antar Kota

Mengenang 15 tahun yang lalu ...

***

Sore itu di dalam bis antar kota tujuan Wonogiri. Saya duduk di salah satu bangku di sisi kiri bis dan dekat jendela. Saya pilih duduk dekat jendela dengan tujuan bisa melihat view di luar bis dengan leluasa. Wonogiri, adalah kota tujuanku. Di sanalah saya ingin pulang. Tempat di mana saya dilahirkan. Saat itu, saya masih kuliah semester 7.

Menunggu keberangkatan bis, masih di terminal Tirtonadi, Solo. Jam menunjukkan pukul 17.12. Sesuai jadwal, bis akan berangkat pukul 17.15. Sudah banyak orang yang duduk di bangkunya masing-masing. Layouttempat duduk bis itu adalah deertan dua bangku di sebelah kiri dan deretan tiga bangku di sebelah kanan. Hampir semua tempat duduk penuh dengan penumpang. Tetapi masih ada beberapa tempat duduk yang masih kosong termasuk di sebelah kanan saya.

Sesaat bis akan berangkat, ternyata masih ada satu penumpang yang ingin naik. “Ayo ... ayo, cepet “, teriak kenek bis itu pada penumpang yang akan naik. Naiklah seorang perempuan yang sepertinya hampir seumuran dengan saya. Duduklah ia di bangku sebelah kanan saya.

Bis berjalan pelan keluar dari area terminal dan melaju semakin kencang ke arah tujuan, Wonogiri. Seperti biasanya jika di perjalanan dengan naik bis, saya tidak banyak interaksi dengan penumpang lain. Diam, menikmati perjalanan dengan melihat ke luar jendela kaca bis. Itulah hal yang biasa saya lakukan selama ini. Dan hal itu juga yang saya lakukan saat itu.

Jam berapa mas?”, tanya Mbak-e yang duduk di sebelah kanan saya sambil melirik ke jam di tangan saya. Seketika saya agak kaget, gugup juga iya. “Ehm ... jam, eee jam 17.44”, jawabku singkat sambil menoleh ke kanan. Sesaat mata kami saling beradu. Kalau anak zaman now bisa bilang cie ... cie.... gitu. Bisa bayangin nggak?.Itu lho seperti film India. Jika adegan seperti itu biasanya menghabiskan durasi tanpa ada progress adegan sama sekali. (Karena dulu kadang masih suka lihat film India, tetapi sekarang sudah tidak lagi).

Bisa dibilang kalimat tanya dia seperti ‘ice breaking’ aja. Setelah itu kami saling ngobrol satu sama lain mengenai rumah, tempat kuliah dan lain-lain.

Tibalah saat dia mau turun dari bis, karena sudah sampai di tujuannya. Tidak tahu mengapa juga, sempat-sempatnya tukar alamat segala sebelum turun bis. (hadeww). Bisa jadi, ada tangan Tuhan yang berperan saat itu. Kalau saya sih, tinggal jalanin aja.

Setelah kejadian itu, tidak ada sesuatu yang berarti. Biasa saja. Kami masih berkomunikasi melalui surat. (komunikasi zaman old). Menanyakan kabar dan hal-hal biasa. Hingga disuratnya yang ke sekian saya lupa, ia mengatakan akan berangkat ke Batam untuk bekerja di salah satu perusahaan (PT). Dan kami masih berkomunikasi melalui surat yang datang kurang lebih setiap bulan sekali.

Sekitar 5 bulan berikutnya, media komunikasi kami berubah menggunakan handphone. (menuju zaman now). Biasa dengan sms atau calling dua detik-an. Pernah ‘nglakuin’ nggak ya calling dua detik-an?. Calling gratis asal ngobrolnya kurang dari dua detik dan bisa dilakukan berulang-ulang.

1,5 tahun lamanya kami masih menjalin komunikasi tanpa ada ‘ikatan’ perasaan apa-apa layaknya kekasih atau gimana (jadi malu juga nih .. lama-lama). Sebatas sahabat. Sebelum akhirnya dia memutuskan pulang kampung karena tidak betah bekerja di perantauan.

Singkat cerita, itulah awal perkenalan saya dengannya. Sekali ketemu di bis antar kota, ketemu kedua setelah dia pulang dari Batam. Dan tidak butuh waktu lama, selang beberapa minggu kami menikah. Seorang ‘bidadari di bis antar kota’ yang sekarang sudah menjadi ibu dari ketiga anak-anak saya.

Pembaca sekalian, kira-kira apa yang bisa dijadikan hikmah dari cerita saya tadi?. Memang ada hikmahnya ?. Yaa ... ada atuh (kalo orang Jawa Barat teh). Poin pentingnya adalah : pertama, ada kuasa Allah Subhanahu wa ta’ala yang mengatur semuanya. Seperti halnya jodoh. Mau awalnya ketemu di bis, mau awalnya sudah dari kecil bersama (teman sejak kecil), mau awalnya ketemu di luar negeri, dan lain sebagainya. Tidak lain semua sudah diatur olehNya.

Poin kedua. Seberapa kita peka terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Banyak ayat al qur’an yang menunjukkan tanda-tanda kekuasaanNya. Tetapi hal itu hanya untuk orang-orang yang berpikir atau orang yang mau merasakannya. Berikut ayat-ayat Al Qur'an yang menyatakan tanda-tanda kekuasan Allah Subhanahu wa ta'ala untuk dijadikan renungan kita. Cobalah baca dengan tenang dan usahakan menikmatinya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta'ala akan melembutkan hati kita. Hati yang lembut itulah yang memudahkan kita untuk lebih peka menerima tanda-tanda kekuasaanNya.

Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.” (Al-Jaatsiyah  : 3).

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.” (Adz-Dzaariyat : 20).

Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Ra’d : 4).

 "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Ali ‘Imran :190-191).

Semakin kita peka terhadap tanda-tanda kekuasaanNya semakin kita malu jika tidak banyak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Rasa syukur itulah yang penting. Penting untuk di’ejawantahkan’ (baca : diaktualisasikan) ke dalam peningkatan amal ibadah kita sehari-hari.

Poin ketiga. Bagaimana kita mensikapi semua ketentuan Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sikap yang terbaik. Ada kalanya ketentuanNya kita anggap ‘tidak baik’ untuk kita. Ada kalanya ‘baik’ menurut hati kita. Sedangkan hanya Allah Subhanahu wa ta’ala saja yang mengetahui apa yang baik dan tidak baik untuk kita.

Bagaimana sikap yang terbaik terhadap apapun ketentuan Allah Subhanahu wa ta’ala?. Sikap yang terbaik adalah bersyukur jika ketentuanNya baik menurut anggapan kita dan itu baik untuk kita. Baik karena sesuai janjiNya, Allah Subhanahu wa ta’ala akan menambah nikmat kepada hambaNya yang mau bersyukur. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam berikut :

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Selanjutnya bersabar. Bersabar jika ketentuan Allah Subhanahu wa ta’ala tidak baik menurut anggapan kita dan itu baik untuk kita. Baik karena Allah Subhanahu wa ta’ala akan menggantinya di dunia ataupun akhirat kelak. Dan, balasan di akhirat selalu lebih baik untuk kita (jika kita yakin, dan semestinya harus yakin dengan hal itu). Bacalah sebagian ayat-ayat berikut yang menyatakan bahwa akhirat adalah sebaik-baik tempat kembali kita.

"Dan kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mau memahaminya?" (Al-An’am : 32)

"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedangkan apa yang di sisi Allah itu lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak mau memahaminya?" (Al-Qhashas : 60)

"Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)". (Ar-Ra’du : 26)

Dan masih banyak ayat lagi yang lain. Semoga bisa menjadi bahan refleksi kita untuk bisa lebih mudah bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Tidak saja hanya dilisan tetapi juga benar-benar 'realize' sampai ke hati kita. Aktualisasinya sebagai wujud rasa syukur kita adalah dengan semakin meningkatnya amalan ibadah kita. Aamiin. Allah itu Baik Banget Lho.

***

‘Bidadari di bis antar kota’. Semoga menjadi bidadari saya juga nanti di surgaNya Allah Subhanahu wa ta’ala. Aamiin.

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Subscribe Us

Pengikut

Statistik Pengunjung