‘Terinspirasi’ tulisan
Pak Prastiyo Budi Santoso di kolom gurusiana.id. “Men in Red”. Guru di MI P2A
Cendana Kutasari Purbalingga itu menuliskan pengalaman uniknya di masjid wisma
Kemenag. Tulisan Pak Pras itu baru sempat saya baca agak malam. Sekitar pukul
21.00. Mengapa baru sempat baca?. Alasannya adalah tidak mau kalah dengan judul
buku Pak Sukirnadi, S.Pd. dari Bulu Sukoharjo (Hik di Sela Kedinasan). Kalau kegiatan saya tadi sore berjudul “Laundry, Sambilan Guru”.
Minggu sore adalah
momen yang agak sibuk. Terutama setelah jam 20.00. Mengapa?. Karena biasanya
ada beberapa customer laundry yang belum sempat ambil sebelum jam 20.00. Jadi,
biasanya mereka akan telepon dan minta tolong untuk bisa atau boleh ambil
laundry-annya. Alasannya baju seragam yang akan dipakai besok senin. Sedangkan
setelah pukul 20.00 karyawan sudah pulang karena jam kerja berakhir.
Dan, benar adanya.
Hingga pukul 21.00 setidaknya ada 3 pelanggan yang telepon padahal posisi saya
sudah di rumah. Mau tidak mau mesti dilayani juga. Tercatat dalam ‘buku rekor’
saya, bahwa malam tadi 3 kali saya bolak-balik dari rumah ke kios laundry.
Sekitar pukul 21.00 hingga saya menulis ini sudah tidak ada lagi bunyi telp. Alhamdulillah, “Allah itu Baik Banget
Lho” hehe ...
Terbersit ide untuk
melanjutkan sekuel “Men in Red”sebelumnya. Berikutnya “Men in Red” (part 2).
Tanpa minta ijin pinjam judul yang sama. Saya akan melanjutkan sekuelnya.
Apakah “Men in Red” (part 2) ini akan menjawab misteri “Men in Red”
sebelumnya?. Baca kelanjutannya berikut !.
Siang itu, sekitar
pukul 12.00. MediaGuru Writing Camp berakhir. Dalam benakku, semua berjalan
baik, dan innal hamdalillah. Segala
puji syukur kepada Allah Subhanahu wa
ta’ala. Bergegas kulangkahkan kaki menuju tempat parkir. Kunyalakan sepeda
motorku, dengan angan-angan cover buku dan sekelumit contentnya. Ada sedikit asa dan banyak keraguan dalam benakku. Jadi
apa tidak buku saya nanti?.
Tak berapa lama
sampailah di rumah. Paling cuma butuh waktu 5 menit saja. Mengapa bisa cepat ?.
Karena rumah saya memang dekat dengan Wisma Kemenag. Kurang lebih 1 km lebih 2
ons saja.
Saya masuk rumah dengan
salam. Disambut suasana yang tidak seperti biasanya. Anak perempuan saya, anak
yang paling besar diantara ketiga anak saya. Menangis. Itulah yang dilakukan
anak perempuan saya waktu itu. Anak kelas VI SD itu menangis dan sedang di
tenangkan oleh mamanya. Respon standar yang saya lakukan adalah bertanya,
“Onoopo mah?”, tanyaku. Cuma dijawab dengan senyum oleh istriku. “Gak popo
yah”, ujarnya. Saya jadi penasaran. “Emang ono opo tho nduk?”, gantian bertanya
ke anak perempuan saya. Dan, sudah bisa saya tebak. Tidak ada jawaban yang
keluar dari mulutnya. Masih tetap dengan ‘status’ menangisnya.
Semakin penasaran lagi.
Saya sekali lagi bertanya kepada istri, “Jan-jane
ono opo tho ma?, tanya saya. “Anu ... ehm .... Hasna udah dapet yah”,
jawabnya. Dapet..?. Sejenak saya mencoba menebak kira-kira dapet apa?. “Wooww
.. alhamdulillah”, seruku. “Hasna entuk rangking yo tryoute?”, tanya saya ke
istri. Mengapa kutanyakan itu, karena tadi pagi ia mengikuti tryout dari salah
satu bimbel.
Hadeww, ternyata pertanyaan saya tadi
menyebabkan volume tangis anak saya jadi agak meningkat. Sambil garuk-garuk
kepala saya tahu kalau kesimpulan saya salah besar. Sampai di sini saya yakin
pembaca sudah tahu kemana arah atau tema tulisan saya ini. Ya benar. Ternyata
anak perempuan saya baru saja mendapatkan “Men
in Red”nya yang pertama. Bagi yang belum ‘conect’, saya ubah kalimatnya
begini : ternyata anak perempuan saya baru saja mendapatkan menstruasi (Men)
dengan simbol warna merah (red) - nya untuk yang pertama kalinya. Dong ... ya.
Kuletakkan sejenak tas
punggung yang dari tadi masih ‘nyanthol’ di punggungku. Segera kuhampiri anak
saya. Ku usap-usap kepalanya. (Percakapannya saya translate saja ke Bhs
Indonesia biar enak dibaca). “Aku belum siap yah ...”, ucapnya lirih. “Belum
siap gimana?, oo .. kalau belum siap, yuk saya beri aba-aba ya ... siaapp grakk
!!”, seruku bercanda. Sedikit sunggingan senyum merekah dibibirnya tidak kuasa
menahan ketawa.
Sedikit nasihat
kusampaikan kepadanya, “Nak, itu (Men in Red) adalah sunnatullah dari Allah Subhanahu
wa ta’alayang spesial diperuntukkan bagi wanita. Jadi, harus bisa diterima
dengan senang hati. Bahkan ucapkan ‘Ahlan
wa sahlan’ ...”, ujarku. “Jadi gak usah nangis. Itu berarti Allah udah
percaya bahwa kamu sudah siap untuk mulai bertanggung jawab dengan semua
ketentuan atau syariat dariNya. Dah, sekarang hafalkan doa setiap kali kamu
dapet ‘Men in Red’ ya !!”, ujarku. Berikut doanya :
Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, siapa saja wanita yang mengalami haid maka
sakitnya haid yang mereka alami akan menjadi Kafaroh (tebusan) bagi dosa –dosanya yang terdahulu”.Ini doanya
untuk dibaca setiap awal haid :
“Alhamdulillaahi
'ala kulli haalin, wa astaghfirullaha min kulli dzanbin”
“Segala puji bagi
Allah atas segala keadaan dan aku memohon ampunan dari setiap Kesalahan”.
(Riwayat dari hadits Aisyah Rhadiyallahu
ta’ala ‘anha dalam kita Durratun
Nasihi fil wa’si wal Israr)
***
0 Comments:
Posting Komentar