"Hasna kalau nangis gimana nduk?",
tanya saya. "Haa ... no",
jawabnya. "Kalau kentut ?",
tanya saya lagi sekedar bercanda. "Duk
... no", jawabnya lagi. Itulah secuil
percakapan dengan anak saya waktu umur 1 tahunan. Begitu senangnya saya sebagai
orang tua mengetahui anaknya mulai bisa ngomong.
Anak. Adalah perhiasan
dunia sekaligus ujian Allah Subhanahu wa
ta'ala. Mari kita perhatikan firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan". (Al
Kahfi : 46)
Jika kita tahu bahwa
anak-anak adalah perhiasan dunia, tentu kita akan menjaganya sekuat tenaga.
Saking berharganya mereka. Nasihat untuk diri saya sendiri, yang merasakan
betapa beratnya amanah Allah Subhanahu wa
ta'ala untuk menjaga perhiasan dunia tersebut. Anak adalah amanah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
ta'ala :
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu
itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.
(Al Anfal : 27-28)
Setiap orang tua pasti
akan mengharapkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Apapun mereka bisa korbankan
demi anaknya. Ada orang tua yang banyak mengikutsertakan anaknya pada les atau
bimbingan belajar. Ada orang tua yang memberikan fasilitas yang luar biasa
kepada anaknya agar mereka nyaman dan memudahkan jalan mereka meraih masa depan
yang sukses. Ada orang tua yang begitu memanjakan anaknya sehingga apapun
keinginannya akan dituruti.
Orang tua akan bangga
kepada anaknya yang berhasil dalam hidupnya di dunia. Memperoleh gelar
pendidikan yang tinggi, mencapai derajat tinggi di mata manusia, memperoleh
kekayaan yang melimpah dan lain sebagainya. Tidak ada yang salah dari itu
semua. Tetapi bekal anak yang paling tinggi nilai di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala adalah iman dan
taqwa. Bekal itulah nantinya yang menolong dirinya dan orang tuanya di akhirat
kelak. Hari di mana dinar dan dirham sudah tidak ada nilainya lagi. Hari di
mana harta kekayaan, pangkat dan kedudukan tidak ada sudah tidak ada nilainya.
Begitu beratnya beban
seorang ayah, sebagai tulang punggung keluarga. Selain bertanggung jawab
menafkahi keluarganya juga memiliki beban untuk menyelematkan keluarganya dari
api neraka. Sebagaimana perintah Allah Subhanahu
wa ta'ala :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim
: 6)
Orang tua muslim tentu
mendambakan memiliki anak yang shalih dan shalihah. Anak yang shalih akan
mengangkat derajat orang tuanya di akhirat kelak. Maka, kita sebagai orang tua
harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai harta
karun kita yang begitu berharga hilang begitu saja.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda :
"Sesungguhnya seseorang akan diangkat
derajatnya di surga, maka ia berkata,”Dari manakah balasan ini?” Dikatakan,”
Dari sebab istighfar anakmu kepadamu” (HR.
Ibnu Majah)
Nasihat untuk saya
sendiri sebagai orang tua. Hal-hal apa yang semestinya kita berikan kepada
anak-anak kita sebagai bekal ?. Di antaranya :
Pertama, menanamkan
tauhid kepada anak. Tauhid adalah landasan Islam yang paling penting. Jika
keluar dari tauhid yang benar maka akan jatuh kepada kesyirikan. Sedangkan
syirik adalah dosa yang sangat besar dan tidak akan mendapatkan ampunan dari
Allah Subhanahu wa ta'ala. Seperti
nasihat Luqman kepada anaknya yang diabadikan di dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang
besar”. (Luqman: 13)
Kedua, menanamkan
akhlak yang baik kepada anak. Lawan dari akhlak adalah hawa nafsu. Anak akan
cenderung menuruti hawa nafsunya. Maka peran orang tua menjadi sangat penting
untuk bisa menanamkan akhlak yang baik dengan menekan atau melawan hawa nafsu
yang cenderung tidak baik. Oleh karena itu, penanaman akhlak membutuhkan waktu
yang lama. Diantaranya dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik dan paling
penting adalah keteladanan orang tua.
“Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh
seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada pemberian budi pekerti
yang baik”. (HR. Tirmidzi)
“Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah
mereka dengan budi pekerti yang baik”. (HR. Ibnu Majah)
Ketiga, mengajari
anak untuk beribadah kepada Allah Subhanahu
wa ta'ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa salam :
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk
mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila
pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di
tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud)
Keempat,
mengajarkan Al Qur'an kepada anak.
“Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara : mencintai nabi,
mencintai keluarga nabi dan membaca Al-Qur’an” (HR. Thabrani).
“sebaik-baik manusia diantara kalian adalah
yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari & Muslim)
***
0 Comments:
Posting Komentar