Allah Subhanahu wa ta'ala itu baik banget lho. Dialah yang memberi rezeki untuk semua makhluk, termasuk kita. Tidak ada satu makhluk yang tidak akan diberi rezeki dariNya. Sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa ta'ala :
"Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi
melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya
dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)". (Al Hud : 6)
Rezeki sudah dijamin
oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Jadi,
tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang rezeki kita. Seringkali kita masih
takut akan kecukupan rezeki kita. Kita dihadapkan pada sekian banyak kebutuhan
yang mungkin jika dipikirkan, akan membuat kita merasa khawatir. Adakah rezeki
untuk membuat rumah, menyediakan fasilitas di dalamnya, biaya sekolah
anak-anak, biaya makan sehari-hari, mencukupi kebutuhan sandang dan lain
sebagainya. Hingga, bahkan banyak orang tua yang tidak 'berani' memiliki anak
banyak dikarenakan 'ketakutan' biaya atau rezeki untuk mencukupinya.
Oleh karena itu,
keyakinan yang kuat (iman) bahwa Allah Subhanahu
wa ta'ala telah menjamin rezeki setiap hambaNya sangat perlu kita tanamkan
dalam hati kita. Sehingga tawakal kepada Allah Subhanahu wa ta'ala adalah jalan yang paling benar. Jalan yang seharusnya
ditempuh oleh kita, orang yang mengaku beriman kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Pilihan yang
semestinya sangat mudah kita pilih. Tawakal, maka kita akan selamat. Atau
sebaliknya, berburuk sangka kepada Allah Subhanahu
wa ta'ala, maka kita tidak akan selamat. Sekali lagi, itulah pilihan yang
semestinya mudah kita lakukan. Namun, banyaknya bisikan syaiton dan juga hawa
nafsu keduniawian kita, seringkali membuat kita tergelincir dari pilihan yang
mudah tersebut. Sedangkan berburuk sangka kepada Allah Subhanahu wa ta'ala adalah hal yang harus kita hindari jika kita
ingin selamat. Sesuai pesan Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa salam pernah bersabda :
“Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan kamu berbaik
sangka kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.” (HR.
Muslim)
Sudah semestinya tidak
ada rasa takut akan rezeki, sedangkan Allah Subhanahu
wa ta'ala sudah menjaminkannya untuk kita. Tawakal adalah pilihan yang
terbaik untuk kita. Tawakal adalah salah satu pintu terbukanya rezeki kita. Sebagaimana
sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa
salam :
“Seandainya kalian
benar-benar bertawakal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana
burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di
sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR.
Tirmidzi)
Jadilah kita seperti burung, yang memiliki hati yang lembut,
bertawakal dan juga rasa takut kepada Allah Subhanahu
wa ta'ala. Hati yang menjadi ciri penghuni surga. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam
:
“Akan masuk surga suatu kaum
yang hati mereka seperti hati burung.”
(HR. Muslim)
Cukupkah hanya dengan tawakal saja untuk mengais rezeki dunia?.
Jawabannya adalah tidak. Sebagaimana hadits tentang burung tadi, bahwasanya
tidak cukup dengan tawakal saja dan menunggu rezeki turun dari langit. Tetapi
perlu adanya ikhtiar atau usaha untuk meraihnya. Walaupun pada akhirnya ikhtiar
kita tidak akan bisa mengubah takdir yang sudah dituliskanNya untuk kita
tentang rezeki. Sebagaimana burung yang berikhtiar pergi di pagi hari untuk
menjemput rezeki Allah Subhanahu wa ta'ala sehingga ia pulang di sore
harinya dalam keadaan kenyang.
Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya tentang orang yang hanya beribadah
di masjid saja tanpa ikhtiar untuk menjemput rezeki Allah Subhanahu wa
ta'ala. Beliau mengatakan bahwa orang itu sungguh bodoh. Sedangkan
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam menyuruh kita untuk keluar
mencari sebagian rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebagaimana hadits
tentang burung di atas, yang pergi pagi untuk ikhtiar menjemput rezeki Allah Subhanahu
wa ta'ala dan pulang sore harinya dalam keadaan perut kenyang.
Allah Subhanahu wa ta'ala memberi rezeki kepada hambaNya sesuai
dengan ukurannya. Dialah yang mengetahui maslahat seberapa banyak rezeki untuk
hambaNya. Rezeki tersebut sudah disesuaikan Allah Subhanahu wa ta'ala
dengan keadaan kita hambaNya. Sebagaimana firmanNya :
"Dan
sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan
berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia
kehendaki. Sungguh, Dia Maha teliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha
Melihat. (Ash Shuraa : 27)
Selain itu Allah Subhanahu wa ta'ala juga melimpahkan rezeki
yang berbeda-beda kepada hambaNya. Sebagaimana firmanNya :
"Dan
Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi
orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezekinya kepada
para hamba sahaya yang mereka miliki, sehingga mereka sama-sama (merasakan)
rezeki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?" (An Nahl : 71)
Berdasarkan ayat tersebut terdapat ujian bagi orang yang diberi
kelapangan rezeki melebihi orang lain. Apakah mereka bersyukur atau kufur.
Syukur dengan cara menunaikan kewajibannya terkait rezeki yang dimilikinya,
yaitu untuk berbagi dengan para hamba sahaya atau fakir miskin.
***
Kata kunci yang seharusnya selalu kita pegang erat adalah hanya mencari
keridhaan Allah Subhabahu wa ta'ala. Demikian juga dalam menjemput
rezeki. Sedikit atau banyak rezeki kita yang paling penting adalah diridhai
Allah Subhanahu wa ta'ala. Maka, ketika menjemput rezeki, semestinya kita menempuh jalan yang
diridhaiNya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam :
“Wahai
umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik
dalam mencari rizeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati,
hingga ia benar-benar telah mendapatkan seluruh rizekinya, walaupun terlambat
datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam
mencari rizeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rizeki yang halal dan tinggalkan
yang haram.” (HR. Ibnu Majah)
0 Comments:
Posting Komentar