Berbakti kepada kedua
orang tua adalah ibadah wajib bagi seorang mukmin. Sehingga orang yang
meninggalkannya akan mendapatkan dosa. Ibadah ini tidak saja suatu amalan yang
besar tetapi sangat agung. Bahkan menyamai atau melebihi amalan jihad. Saking
tingginya kedudukan amalan ini, Allah Subhanahu
wa ta'ala sampai menyandingkan kewajiban taat kepadaNya dengan taat kepada
orang tua. Ini sebagian ayat-ayatnya :
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (Al
Isra’ : 23)
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa’ : 36)
Pembaca yang di Rahmati
Allah Subhanahu wa ta'ala. Dua ayat
tadi kita mengetahui bahwa birrul
walidain adalah amalan yang agung. Nasihat untuk diri saya sendiri dan
pembaca sekalian. Marilah kita berbakti kepada orang tua kita. Bakti yang
sebaik-baiknya. Jangan kita sia-siakan surga yang ada persis di depan kita.
Orang tua kita adalah pintu masuk surga buat kita. Gunakan pintu itu untuk
masuk surga dengan cara berbakti kepada kedua orang tua. Jangan sampai kita
menjadi orang yang hina dan dimasukkan ke dalam neraka yang sangat dalam.
Mengapa ?, karena kita durhaka kepada kedua orang tua kita. Sebagaimana
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
“Kehinaan, kehinaan, kehinaan“.
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam : “Siapa mereka
ya Rasulullah?”. Rasulullah menjawab : “Orang
yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup ketika mereka sudah tua, baik
salah satuya atau keduanya, namun orang tadi tidak masuk surga”
(HR. Muslim)
Semoga
Allah Subhanahu wa ta'ala melembutkan hati kita, meringankan anggota tubuh kita
untuk berbakti kepada kedua orang tua. Aamiin.
Puisi untuk ibuku.
Walau dengan apapun yang akan saya sampaikan dipuisi ini, tidak akan pernah
bisa sebanding dengan kebaikan dan kasih sayangnya. Bagaikan Hutang (yang) Tak Mungkin
Terbayar.
Terimalah
Baktiku Ibu
Wahai ibu
Wahai mata air yang tak pernah kering
Yang terus mengalirkan kasih sayang
Walau apapun menghalangi
Walau apapun mengganggumu
Wahai sinar mentari yang tak pernah henti
Yang terus menyinari aku dengan kasih
sayangmu
Walau mendung menutupi
Walau hujan menghalangi
Wahai ibu
Engkaulah
yang terdepan membelaku
Bahkan
hingga semua orang membenciku
Engkaulah
yang berusaha memenuhi semua kebutuhanku
Bahkan
hingga aku sudah besar
Bahkan
mengalahkan untuk dirimu sendiri
Wahai
ibu
Tidak
terbayangkan olehku
Sudah
berapa lama
Engkau
menahan lapar demi aku
Engkau
menahan kantuk demi aku
Engkau
menahan sakit demi aku
Engkau
menahan letih demi aku
Semuanya
demi aku anakmu
Wahai
bunga yang tak pernah layu
Sudah
tak terhitang lagi
Berapa
kali engkau suapi aku
Berapa
kali engkau beri minum aku
Berapa
kali engkau gendong aku
Berapa
kali engkau ganti bajuku
Semuanya
demi aku anakmu
Wahai
ibu
Ketika
aku diperantauan menuntut ilmu
Teringat
selalu wajahmu ibu
Yang
selalu mencemaskanku
Yang
selalu mendoakanku
Dan
ketika aku pulang
Engkau
usap rambutku
Yang
seakan embun pagi yang sejuk
Menyejukkan
dan menenteramkan jiwaku ibu
Wahai
ibu
Kini
anakmu sudah besar
Walau
apapun yang kulakukan untukmu
Tak
akan pernah bisa membalas kebaikanmu ibu
Namun
Aku
tak mampu
Walau
hanya sekedar membuatmu tersenyum ibu
Maafkan
anakmu ibu
Terimalah
setitik debu baktiku untukmu ibu
***
0 Comments:
Posting Komentar