Singkatnya
setelah dilakukan uji laboratorium menguatkan diagnosa dokter tersebut. Reaksi
spontan kami waktu itu mungkin 'syok'.
Setelah kita tahu bahwa itu bukan penyakit biasa. Bagaimana cara kita bisa
mensikapi ujian Allah Subhanahu wa ta'ala
tersebut?. Jawabannya sudah tentu dengan sabar dan ikhtiar. Teorinya begitu,
tapi praktiknya?. Itu soal lain. Praktiknya adalah seberapa kita kuat
menetapkan hati kita untuk selalu yakin kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Dengan berdoa kepada Yang Maha
Membolak-balikkan hati manusia. Itulah mengapa bersyukur itu mudah, bersyukur
itu sulit.
Alhamdulillah. Setelah kejadian itu banyak hikmah kebaikan
yang kita dapatkan. Kita menjadi semakin peka terhadap kebaikan Allah Subhanahu wa ta'ala. Pertama. Kita
menjadi semakin peka, semakin merasa yakin akan takdirNya. Kedua. Belajar
semakin yakin kepadaNya. Ketiga. Betapa sayangnya Allah Subhanahu wa ta'ala kepada orang-orang yang sakit dan masih sabar
dalam ketaqwaan. Kita buka-buka internet untuk membaca referensinya. Berikut
ini beberapa hadits terkait :
"Sesungguhnya besarnya pahala seseorang sebanding
dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum pasti
Dia menguji mereka. Maka siapa yang ridha maka baginya keridhaan Allah, dan
siapa yang tidak ridha maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Al-Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Dari
hadits tersebut kita bisa paham ternyata besarnya pahala kita sebanding dengan
besarnya ujian. Sama-sama melakukan sholat antara orang yang sehat dengan orang
yang kesulitan atau saat sakit tentu berbeda. Misalnya orang yang sedang sakit
tetapi tetap menjalankan sholat dengan ikhlas tentu imbalan pahalanya lebih
dari orang yang sehat. Itulah bukti keadilan dan kebaikan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Selain
itu berikut ini janji-janji Allah Subhanahu
wa ta'ala sebagai 'obat penenang' orang yang sedang sakit atau tertimpa
musibah :
“Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji
hamba-Nya dengan penyakit, sehingga ia menghapuskan setiap dosa darinya”.
(HR. Al-Hakim).
“Tidaklah seorang muslim
tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan
sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya”. (HR. Muslim).
“Tidaklah seorang muslim yang
tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah Ta'ala akan
menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang
menggugurkan daunnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits-hadits
itulah diantaranya referensi untuk kita, ketika tertimpa musibah atau sakit.
Sebagai orang yang beriman kita mesti yakin dengan janji-janji Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan itu sudah cukup
bagi hati kita untuk tenang dan tidak perlu merasa khawatir sama sekali
terhadap semua ujian. Itulah teorinya. Selanjutnya terserah kita dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pilihan yang sudah jelas.
Pertama, ridha. Dan Allah Subhanahu wa ta'ala
akan ridha kepada kita dan membalasnya dengan pahala yang besar. Kedua, tidak
ridha, marah. Dan Allah Subhanahu wa
ta'ala juga tidak ridha kepada kita dan balasannya adalah dosa yang besar.
Pilihannya adalah yang pertama dan sesederhana itu saja.
Syukur
itu bisa mudah bagi yang tahu dan yakin kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Syukur bisa sulit bagi orang yang belum tahu,
tidak mau tahu dan tidak yakin kepada Allah Subhanahu
wa ta'ala. Semoga Allah Subhanahu wa
ta'ala selalu memberikan hidayah kepada kita untuk menjadi hamba yang
selalu mudah bersyukur kepadaNya. Amiin.
0 Comments:
Posting Komentar