Taksonomi Bloom (Revisi) dan Kata Kerja Operasional 2023
Taksonomi Bloom adalah inovasi dalam bidang pendidikan yang memiliki dampak signifikan terhadap pelaksanaan evaluasi dan penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Taksonomi Bloom dalam mengidentifikasi tingkat kemampuan berpikir, mulai dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks. Dengan memahami kemampuan berpikir ini, kita dapat membuat indikator, soal, dan evaluasi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dari tujuan pendidikan.
Sebelum
diperkenalkannya Taksonomi Bloom, pelajaran yang diberikan di sekolah hanya
terbatas pada transfer pengetahuan dan hafalan belaka. Masalah ini diungkapkan
oleh Bloom dan rekan-rekannya dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika pada
awal tahun 1950. Mereka menunjukkan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang
sering dilakukan di sekolah, sebagian besar soal hanya meminta siswa untuk
mengingat apa yang telah dipelajari.
Namun,
tujuan utama dari pendidikan di sekolah adalah untuk mengoptimalkan potensi
diri, kemampuan berpikir, dan keterampilan siswa, bukan hanya untuk menjawab
pertanyaan berdasarkan hafalan semata. Hal ini semakin penting di era informasi
abad ke-21, di mana informasi dapat dengan mudah disebarluaskan dan diakses
tanpa harus dihafal. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis, penyelesaian
masalah, dan kreativitas menjadi lebih penting daripada sekadar pengetahuan dan
hafalan.
Taksonomi Bloom
Akhirnya
pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill, dan Krathwohl berhasil
memperkenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taksonomi
Bloom. Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasi kemampuan
kognitif mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
Dalam
Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Di ranah kognitif, terdapat
tujuan pembelajaran dengan proses mental yang dimulai dari tingkat pengetahuan
hingga mencapai tingkat evaluasi yang lebih tinggi. Secara singkat, Taksonomi
Bloom membagi kemampuan berpikir atau kognitif menjadi enam tingkat, yaitu :
1. C1 – Pengetahuan
2. C2 – Pemahaman
3. C3 – Penerapan
4. C4 – Analisis
5. C5 – Sintesis
6. C6 – Evaluasi
*C adalah kognitif (cognitive)
Revisi Taksonomi Bloom
Dalam
perkembangan teori pendidikan, Krathwohl dan para ahli psikologi dari alirankognitivisme lainnya memperbarui taksonomi Bloom agar sesuai dengan
perkembangan zaman. Perbaikan tersebut diumumkan pada tahun 2001 dengan nama
Revisi Taksonomi Bloom (Effendi, 2015, hlm.73).
Dalam
Revisi Taksonomi Bloom, tingkat berpikir dibagi menjadi dua, yaitu C1 hingga C3
sebagai Low Order Thinking Skill atau
kemampuan berpikir tingkat rendah, dan C4 hingga C6 sebagai Higher Order Thinking Skill atau
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Setiap level kognitif juga mengalami
penyesuaian sedikit. Menurut Tim Pusat Penilaian Pendidikan (2019, hlm.3),
Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Krathwohl dan Anderson merumuskan 6 level
proses berpikir, yaitu :
1. mengingat (remembering),
yakni mengingat kembali suatu informasi atau ide;
2. memahami (understanding),
yaitu mampu memahami suatu konsep, prinsip, atau ide;
3. menerapkan (applying), mampu mengatasi suatu
masalah menggunakan metode, konsep, atau prosedur;
4. menganalisis (analyzing), dapat mengidentifikasi,
menguraikan, dan mengevaluasi suatu struktur, bagian, atau hubungan;
5. mengevaluasi (evaluating), mampu mengevaluasi
hasil karya, kualitas suatu tulisan berdasarkan standar internal, dan
6. mengkreasi (creating), yaitu dapat menghasilkan
karangan, teori, klasifikasi, proposal, tulisan ilmiah, atau karya.
Untuk
lebih memahami revisi Taksonomi Bloom yang dilakukan oleh Krathwohl &
Anderson, berikut ini adalah perbandingan Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah
di revisi :
Dalam
penyempurnaan Taksonomi Bloom saat ini, kemampuan berpikir siswa dibagi menjadi
dua, yaitu berpikir pada tingkat dasar dan berpikir pada tingkat tinggi.
Menurut Resnick dan Thompson (sebagaimana dikutip dalam Dewanti, 2020, halaman
19), berpikir pada tingkat dasar hanya melibatkan proses yang terbatas pada
tugas-tugas rutin dan bersifat mekanis, sedangkan berpikir pada tingkat tinggi
memungkinkan peserta didik untuk menafsirkan, menganalisis, atau bahkan
memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak membosankan.
Kini,
keterampilan berpikir pada tingkat tinggi atau HOTS menjadi fokus utama dalam
menyelenggarakan evaluasi pendidikan. Hal ini tentunya karena kemampuan
berpikir tersebut sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di abad 21.
Dalam implementasinya, Taksonomi Bloom harus dilengkapi dengan indikator yang
konkret sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas pada penilaian kemampuan
berpikir peserta didik. Indikator-indikator tersebut disebut sebagai kata kerja
operasional atau KKO.
Dalam
penyempurnaan Taksonomi Bloom saat ini, kemampuan berpikir siswa dibagi menjadi
dua, yaitu berpikir pada tingkat dasar dan berpikir pada tingkat tinggi.
Menurut Resnick dan Thompson (sebagaimana dikutip dalam Dewanti, 2020, halaman
19), berpikir pada tingkat dasar hanya melibatkan proses yang terbatas pada
tugas-tugas rutin dan bersifat mekanis, sedangkan berpikir pada tingkat tinggi
memungkinkan peserta didik untuk menafsirkan, menganalisis, atau bahkan
memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak membosankan.
Kini,
keterampilan berpikir pada tingkat tinggi atau HOTS menjadi fokus utama dalam
menyelenggarakan evaluasi pendidikan. Hal ini tentunya karena kemampuan
berpikir tersebut sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di abad 21.
Dalam implementasinya, Taksonomi Bloom harus dilengkapi dengan indikator yang
konkret sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas pada penilaian kemampuan
berpikir peserta didik. Indikator-indikator tersebut disebut sebagai kata kerja
operasional atau KKO.
Kata
Kerja Operasional (KKO)
KKO
atau Kata Kerja Operasional adalah kata tindakan konkret yang merepresentasikan
bahwa suatu petunjuk atau isyarat telah dilaksanakan, sehingga dapat diukur
atau dinilai seberapa kuat petunjuk tersebut muncul dalam diri murid. Sebagai
contoh, apabila petunjuk yang ingin diketahui adalah kemampuan
"Menganalisis" maka beberapa kata tindakan operasional yang dapat
mewakili petunjuk tersebut adalah murid dapat "menguraikan",
"mengenali", "membandingkan", "mendeteksi",
"memeriksa", "mengkritisi", atau "menguji" suatu
materi tertentu.
Petunjuk
"Menganalisis" dapat disampaikan sebagai berikut : "Murid mampu
mengidentifikasi pola penulisan kalimat majemuk". Sementara itu, soal
evaluasi yang dapat diberikan berdasarkan kriteria petunjuk tersebut adalah
"Identifikasi beberapa teks di atas, pola penulisan kalimat majemuk apa
yang digunakan? jelaskan buktinya" atau "Teks di atas disusun dengan
pola penulisan teks kalimat majemuk apa? Kemukakan alasanmu!"
Kata kerja operasional mencakup : kognitif (kemampuan berpikir / menalar), emosional (perasaan / karakter / sikap), dan kinestetik (kemampuan fisik / campuran). Tabel kata kerja operasional (KKO) berikut dapat dipakai untuk menerapkan Taksonomi Bloom yang sudah direvisi menjadi petunjuk yang spesifik.
Baca juga :
6 Strategi Pembelajaran yang Menyenangkan Siswa
0 Comments:
Posting Komentar