Facebook

Taksonomi Bloom (Revisi) dan Kata Kerja Operasional 2023

Taksonomi Bloom (Revisi) dan Kata Kerja Operasional 2023



Taksonomi Bloom adalah inovasi dalam bidang pendidikan yang memiliki dampak signifikan terhadap pelaksanaan evaluasi dan penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Taksonomi Bloom dalam mengidentifikasi tingkat kemampuan berpikir, mulai dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks. Dengan memahami kemampuan berpikir ini, kita dapat membuat indikator, soal, dan evaluasi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dari tujuan pendidikan.

Sebelum diperkenalkannya Taksonomi Bloom, pelajaran yang diberikan di sekolah hanya terbatas pada transfer pengetahuan dan hafalan belaka. Masalah ini diungkapkan oleh Bloom dan rekan-rekannya dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika pada awal tahun 1950. Mereka menunjukkan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang sering dilakukan di sekolah, sebagian besar soal hanya meminta siswa untuk mengingat apa yang telah dipelajari.

Namun, tujuan utama dari pendidikan di sekolah adalah untuk mengoptimalkan potensi diri, kemampuan berpikir, dan keterampilan siswa, bukan hanya untuk menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan semata. Hal ini semakin penting di era informasi abad ke-21, di mana informasi dapat dengan mudah disebarluaskan dan diakses tanpa harus dihafal. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis, penyelesaian masalah, dan kreativitas menjadi lebih penting daripada sekadar pengetahuan dan hafalan.

Taksonomi Bloom

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill, dan Krathwohl berhasil memperkenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasi kemampuan kognitif mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi.

Dalam Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Di ranah kognitif, terdapat tujuan pembelajaran dengan proses mental yang dimulai dari tingkat pengetahuan hingga mencapai tingkat evaluasi yang lebih tinggi. Secara singkat, Taksonomi Bloom membagi kemampuan berpikir atau kognitif menjadi enam tingkat, yaitu :

1.    C1 – Pengetahuan

2.    C2 – Pemahaman

3.    C3 – Penerapan

4.    C4 – Analisis

5.    C5 – Sintesis

6.    C6 – Evaluasi

*C adalah kognitif (cognitive) 

Revisi Taksonomi Bloom

Dalam perkembangan teori pendidikan, Krathwohl dan para ahli psikologi dari alirankognitivisme lainnya memperbarui taksonomi Bloom agar sesuai dengan perkembangan zaman. Perbaikan tersebut diumumkan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom (Effendi, 2015, hlm.73).

Dalam Revisi Taksonomi Bloom, tingkat berpikir dibagi menjadi dua, yaitu C1 hingga C3 sebagai Low Order Thinking Skill atau kemampuan berpikir tingkat rendah, dan C4 hingga C6 sebagai Higher Order Thinking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi. Setiap level kognitif juga mengalami penyesuaian sedikit. Menurut Tim Pusat Penilaian Pendidikan (2019, hlm.3), Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Krathwohl dan Anderson merumuskan 6 level proses berpikir, yaitu :

1.    mengingat (remembering), yakni mengingat kembali suatu informasi atau ide;

2.    memahami (understanding), yaitu mampu memahami suatu konsep, prinsip, atau ide;

3.    menerapkan (applying), mampu mengatasi suatu masalah menggunakan metode, konsep, atau prosedur;

4.    menganalisis (analyzing), dapat mengidentifikasi, menguraikan, dan mengevaluasi suatu struktur, bagian, atau hubungan;

5.    mengevaluasi (evaluating), mampu mengevaluasi hasil karya, kualitas suatu tulisan berdasarkan standar internal, dan

6.    mengkreasi (creating), yaitu dapat menghasilkan karangan, teori, klasifikasi, proposal, tulisan ilmiah, atau karya.

Untuk lebih memahami revisi Taksonomi Bloom yang dilakukan oleh Krathwohl & Anderson, berikut ini adalah perbandingan Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah di revisi :


Dalam penyempurnaan Taksonomi Bloom saat ini, kemampuan berpikir siswa dibagi menjadi dua, yaitu berpikir pada tingkat dasar dan berpikir pada tingkat tinggi. Menurut Resnick dan Thompson (sebagaimana dikutip dalam Dewanti, 2020, halaman 19), berpikir pada tingkat dasar hanya melibatkan proses yang terbatas pada tugas-tugas rutin dan bersifat mekanis, sedangkan berpikir pada tingkat tinggi memungkinkan peserta didik untuk menafsirkan, menganalisis, atau bahkan memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak membosankan.

Kini, keterampilan berpikir pada tingkat tinggi atau HOTS menjadi fokus utama dalam menyelenggarakan evaluasi pendidikan. Hal ini tentunya karena kemampuan berpikir tersebut sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di abad 21. Dalam implementasinya, Taksonomi Bloom harus dilengkapi dengan indikator yang konkret sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas pada penilaian kemampuan berpikir peserta didik. Indikator-indikator tersebut disebut sebagai kata kerja operasional atau KKO.

Dalam penyempurnaan Taksonomi Bloom saat ini, kemampuan berpikir siswa dibagi menjadi dua, yaitu berpikir pada tingkat dasar dan berpikir pada tingkat tinggi. Menurut Resnick dan Thompson (sebagaimana dikutip dalam Dewanti, 2020, halaman 19), berpikir pada tingkat dasar hanya melibatkan proses yang terbatas pada tugas-tugas rutin dan bersifat mekanis, sedangkan berpikir pada tingkat tinggi memungkinkan peserta didik untuk menafsirkan, menganalisis, atau bahkan memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak membosankan.

Kini, keterampilan berpikir pada tingkat tinggi atau HOTS menjadi fokus utama dalam menyelenggarakan evaluasi pendidikan. Hal ini tentunya karena kemampuan berpikir tersebut sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di abad 21. Dalam implementasinya, Taksonomi Bloom harus dilengkapi dengan indikator yang konkret sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas pada penilaian kemampuan berpikir peserta didik. Indikator-indikator tersebut disebut sebagai kata kerja operasional atau KKO.

Kata Kerja Operasional (KKO)

KKO atau Kata Kerja Operasional adalah kata tindakan konkret yang merepresentasikan bahwa suatu petunjuk atau isyarat telah dilaksanakan, sehingga dapat diukur atau dinilai seberapa kuat petunjuk tersebut muncul dalam diri murid. Sebagai contoh, apabila petunjuk yang ingin diketahui adalah kemampuan "Menganalisis" maka beberapa kata tindakan operasional yang dapat mewakili petunjuk tersebut adalah murid dapat "menguraikan", "mengenali", "membandingkan", "mendeteksi", "memeriksa", "mengkritisi", atau "menguji" suatu materi tertentu.

Petunjuk "Menganalisis" dapat disampaikan sebagai berikut : "Murid mampu mengidentifikasi pola penulisan kalimat majemuk". Sementara itu, soal evaluasi yang dapat diberikan berdasarkan kriteria petunjuk tersebut adalah "Identifikasi beberapa teks di atas, pola penulisan kalimat majemuk apa yang digunakan? jelaskan buktinya" atau "Teks di atas disusun dengan pola penulisan teks kalimat majemuk apa? Kemukakan alasanmu!"

Kata kerja operasional mencakup : kognitif (kemampuan berpikir / menalar), emosional (perasaan / karakter / sikap), dan kinestetik (kemampuan fisik / campuran). Tabel kata kerja operasional (KKO) berikut dapat dipakai untuk menerapkan Taksonomi Bloom yang sudah direvisi menjadi petunjuk yang spesifik. 

Baca juga :

6 Strategi Pembelajaran yang Menyenangkan Siswa




Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Subscribe Us

Pengikut

Statistik Pengunjung