Benar-benar
pagi yang cerah. Semburat mentari yang belum tinggi beranjak. Seakan
bermalas-malasan. Memperlambat waktu, memamerkan keindahannya, untuk selama
mungkin terlihat. Angin pagi yang dingin menyegarkan siapa saja yang merasa
gerah. Dari hal itu saja, sangat memudahkanku untuk mengucap syukur kepada
Tuhan.
Sinar
mentari mulai terlihat di antara lengkungan cabang dan ranting, mengirimkan bayangan
dedaunan di wajahku. Seakan bercanda mengajakku tersenyum. Tapi, pagi ini seakan
berbeda. Perasaan ini tidak mudah aku hilangkan. Ada kegalauan, takut, tapi
juga harapan yang membumbung tinggi. Ya, hari ini adalah jawabannya. Jawaban
dari semua harapan berbalur kecemasan. Hal itulah yang membuatku tidak bisa
tidur nyenyak semalaman. Tapi aku sadar kok, bahwa tidak baik cemas
berkepanjangan tentang masa depan, sampai-sampai mengabaikan masa sekarang, sehingga
aku tidak benar-benar hidup di masa depan atau masa sekarang. Jadi, lebih baik
bagiku untuk fokus pada masa sekarang. Ya, sekarang waktunya menunaikan tugas
dan kewajibanku, mengajar.